TEMPO Interaktif, Jakarta:Korea Utara membatalkan pembicaraan dengan pihak militer Amerika yang akan berlangsung di desa Pamunjom yang terletak di wilayah perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Pengumuman itu disampaikan Kantor Berita Korea Utara (KCNA) setelah Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yoon Young-Kwan terbang ke Washington untuk mengadakan pembicaraan mengenai krisis nuklir negara tetangganya itu. Pembatalan tersebut sebagai protes atas rencana latihan militer gabungan antara Amerika dengan Korea Selatan. Pihak militer Amerika dan Korea Selatan memang memiliki program latihan militer bersama setiap tahunnya. Tentara Korea Utara tidak akan memiliki pilihan untuk mengambil sebuah langkah penting yang baru, sesuai dengan kesepakatan militer, untuk mempertahankan diri, kata KCNA. Namun tidak disebtukan langkah apa yang akan diambil sesuai dengan kesepakatan militer yang ditandatangani seusai perang Korea 1950-1953. Ri Chan-Bok merupakan ketua delegasi Korea Utara dalam pembicaraan dengan pihak militer Amerika menyangkut isu keamnan di wilayah perbatasan, di semenanjung Korea. Sementara sebuah pernyataan yang dikeluarkan pihak militer Korea Utara memperingatkan militer Amerika yang telah mendorong situasi di semenanjung Korea ke arah perang. Pernyataan itu juga menuduh latihan perang bersama itu sebagai pelanggaran atas kesepakatan militer yang telah ditandatangani untuk mengakhiri Perang Korea pada tahun 1953 silam. Pihak Komunis Korea Utara juga telah menunda pembahasan maslah ekonomi dan maritim dengan Korea Selatan pada Minggu (23/3) lalu. Menurut Korea Utara hal itu sebagai tindakan balasan atas peningkatan kesiapan militer Korea Selatan setelah agresi militer Amerika terhadap Irak. Penggunaan kekuatan militer terhadap Irak sebagaimana persiapan militer Amerika dan satelitnya di semenanjung Korea telah membuat kami sangat paham bahwa kami harus melakukan segala hal bagi kedaulatan kami, tegas sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kedutaan Besar Korea Utara di Moskow, Senin (24/3). Sementara pada Rabu (26/3), Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun menepis kekhawatiran pihak Korea Utara bahwa Amerika akan menyerang mereka. Menurutnya, persoalan antara Irak dan Korea Utara berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Tidak akan ada perang di semenanjung Korea selama kami (rakyat Korea Selatan) menentang hal itu, tegas Roh. Dia menambahkan, posisi Seoul akan menjadi sebuah faktor penting bagi penyusunan kebijakan Amerika mengenai persoalan nuklir Korea Utara. Sementara itu, Utusan Khusus PBB bagi Korea Utara Maurice Strong telah mendesak Washington dan pyongyang untuk mengadakan pertemuan secepat mungkin. Dia menyatakan kemungkinan Korea Utara akan menjadi sasaran invasi Amerika yang berikutnya setelah Irak. Strong menambahkan, pihak Korea Utara tidak memiliki rencana untuk membuat senjata nuklir, namun Pyongyang sedang bertindak untuk kepentingan ekonomi dan keamanannya. Sementara seorang pejabat PBB di Seoul menegaskan, bahwa Korea Utara tetap akan melanjutkan program nuklirnya sampai Amerika setuju untuk melakukan perundingan. Faisal --- TNR
Berita terkait
Indonesia Runner-up Piala Uber 2024, Menpora Apresiasi Perjuangan Pemain yang Luar Biasa
18 menit lalu
Indonesia Runner-up Piala Uber 2024, Menpora Apresiasi Perjuangan Pemain yang Luar Biasa
Menpora Dito Ariotedjo mengapresiasi perjuangan dan pencapaian tim putri Indonesia dalam Piala Uber 2024.