TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan ratusan perempuan dijadikan upah dan boleh diperkosa oleh aliansi milisi sebagai upah mereka membantu militer pemerintah Sudan Selatan.
Dalam laporan tersebut dinyatakan, tim investigasi menemukan sebanyak 1.300 perempuan bernasib malang. "Mereka diperkosa di negeri kaya minyak itu tahun lalu." PBB mengatakan, kelompok bersenjata itu sengaja melakukan kebijakan "bumi hangus" dengan sasaran warga sipil untuk dibunuh dan diperkosa.
Pemerintah Sudan Selatan menolak militernya menjadikan warga sipil sasaran serangan, namun berjanji akan melakukan invstigasi.
Menurut sebuah laporan PBB yang diterima media massa sebagaimana diwartakan BBC, kelompok milisi beroperasi di bawah kebijaksanaan, "Lakukan apa yang kamu bisa dan ambil yang kamu mau." Perintah ini diartikan mereka diperbolehkan memperkosa, menculik perempuan dan gadis sebagai bayaran.
"Mereka juga boleh merampok hewan ternak penduduk dan mencuri harta lainnya."
Salah seorang perempuan yang ditemui oleh Komisi Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, mengatakan, dia melihat anak gadisnya berusia 15 tahun diperkosa bergantian oleh 10 tentara setelah suaminya tewas dibunuh.
Kesaksian lainnya menerangkan, dia melihat perempuan dipaksa telanjang dan diperkosa oleh lima anggota tentara di depan anak-anaknya di jalan raya. "Sejumlah saksi mata mengatakan kepada penyelidik PBB, beberapa perempuan diculik dan dijadikan budak seks di barak milter."
Ak Hussein menambahkan, sepertinya perempuan muda menjadi target khusus dan diperkosa. "Pelaku bakal menembak mati orang yang menyaksikan perkosaan oleh tentara."
PBB mengatakan, mereka mendapatkan laporan bahwa anak-anak gadis pasukan pemerintah dan sekutu pendukungnya menjadi sasaran perkosaan. Laporan itu juga menyebutkan, pelaku aksi sadis itu adalah kelompok pembemberonta. "Mereka juga dituding melanggar hak asasi manusia."
Juru bicara Presiden Salva Kiir, Ateng Wek Ateng, mengatakan kepada BBC, tidak ada kelompok milisi yang bergabung bersama pasukan pemerintah. "Penyelidik mempercayai kelompok anti-pemerintah, sementara pemerintah memerangi orang-orang berseragam bukan warga sipil," ucapnya kepada BBC.
BBC | CHOIRUL AMINUDDDIN
Berita terkait
Putus Hubungan dengan Qatar, Kepentingan Yaman Diwakili Sudan
21 Juni 2017
Sudan sepakat menerima permintaah Yaman.
Baca SelengkapnyaAmnesty: Sudan Selatan Bakar 2.000 Rumah Penduduk
1 April 2017
PBB mengkategorikan pembakaran rumah penduduk sebagai genosida.
Baca SelengkapnyaTNI Gelar Festival Layang-layang di Sudan
27 Februari 2017
Festival tersebut bertujuan menghibur para pelaksana misi perdamaian di Sudan di sela kegiatan rutin.
Baca SelengkapnyaPenyelundupan Senjata di Sudan, Polisi RI Bakal Dipulangkan
21 Februari 2017
Wakil Menlu Abdurrahman Fachir memastikan polisi RI yang dituduh menyelundupkan senjata di Sudan akan dipulangkan.
Baca SelengkapnyaPerampokan Sapi, Ribuan Orang Tewas di Sudan Selatan
5 Februari 2017
Kekerasan melanda desa-desa, perempuan diculik dan dibunuh.
Baca SelengkapnyaKeamanan Terkendali, Sudah Selatan Tolak Pasukan PBB
13 Januari 2017
Menurut Menteri Pertahanan Kuol Manyang Juuk, Sudan Selatan memang sudah tak perlu lagi pasukan PBB untuk melindungi pasukan regi
Baca SelengkapnyaTanpa Dakwaan, Sudan Bebaskan 6 Mahasiswa
21 Juni 2016
Para mahasiswa itu dicokok saat berlangsung kerusuhan di Univeritas Khartum yang melibatkan mahasiswa dan pasukan keamanan.
Baca SelengkapnyaKecelakaan Pesawat, Bayi Ini Satu-satunya Korban Selamat
7 November 2015
Bayi perempuan itu ditemukan ketika pasukan keamanan dan wartawan tengah berusaha mencari kotak hitam
Baca SelengkapnyaKecelakaan Pesawat di Sudan Selatan, 41 Tewas
4 November 2015
Cuaca buruk menyulitkan petugas mencari korban lainnya.
Akhiri Konflik, Sudan Selatan Berdamai dengan Pemberontak
27 Agustus 2015
Dihadiri para pemimpin Afrika.
Baca Selengkapnya