Pasca Apartheid, Ratusan Ribu Kulit Putih Afsel Hidup Miskin

Reporter

Jumat, 26 Februari 2016 06:15 WIB

Warga Afrika Selatan berkulit putih yang tinggal di daerah kumuh. metro.co.uk

TEMPO.CO, Johannesburg - Ratusan keluarga kulit putih Afrika Selatan hidup dalam kemiskinan setelah negeri itu bebas dari rezim apartheid. Mereka tinggal di daerah kumuh, mengingatkan pada hari-hari terburuk dari zaman Apartheid.

Di tempat mereka, dijuluki 'kamp liar kulit putih', ratusan keluarga tidak memiliki kekuatan, nyaris tanpa makanan atau air dan harus tinggal di penampungan yang buruk. Kamp, yang dapat ditemukan di seluruh negeri, dianggap sebagai akibat langsung dari kemiskinan warga kulit putih setelah Apartheid berakhir 22 tahun lalu.

Sebagaimana dilansir dari laman Metro.co.uk, Kamis, 25 Februari 2016, dikatakan di bawah rezim supremasi kulit putih, yang berakhir pada 1994, para warga Afrika Selatan kulit putih - disebut Afrikaner - selalu dijamin pekerjaan dan perumahan. Tapi sekarang, banyak dari mereka hidup dalam kondisi mengenaskan karena keadaan ekonomi yang mengerikan di era pasca-Apartheid. Di seluruh Afrika Selatan, terdapat sedikit kesempatan kerja untuk Afrikaner.

Jumlah pasti dari para Afrikaner masih diperdebatkan, namun diyakini terdapat 400 ribu orang yang kini tinggal di kamp-kamp kumuh. Foto-foto yang dilansir di laman Metro.co.uk, diambil dari majalah budaya Union Magazine, menunjukkan kamp liar kulit putih Munsieville, dekat Johannesburg.

Munsieville, salah satu dari 80 kamp yang menyebar di Afrika Selatan, dibangun di lokasi bekas tempat sampah dan merupakan rumah bagi sekitar tiga ratus Afrikaner - seperempatnya adalah anak-anak. Tempat itu ilegal, tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada bangunan yang aman dan makanan sulit didapat.

Warga di Munsieville mampu menghindari hukum dengan membangun tempat penampungan kecil tanpa fondasi, karena pemerintah melarang bangunan permanen didirikan. Kebanyakan tempat tinggal terbuat dari kayu atau papan besi, dengan lantai tanah.

Rumah sakit akan menolak warga kamp yang membutuhkan perawatan dan mereka sering ditolak saat menjalani wawancara kerja.

Henrik, 49 tahun, mengatakan hidupnya telah selesai sejak dia tinggal di kamp. "Hidupku tamat, aku berusia 49 tahun dan aku sudah terlalu tua untuk mendapatkan pekerjaan. Aku melamar dan segera setelah mereka melihat usiaku, mereka mengatakan 'maaf, Anda terlalu tua'," ujar pria tersebut.

"Aku melakukan apa yang aku bisa untuk bertahan hidup, mengumpulkan besi tua atau menjual pakaian bekas. Tapi itu tidak cukup."

Leigh Du Preez, yang bekerja untuk lembaga amal Proyek Bantuan Keluarga Afrika Selatan (SAFRP), mengatakan, orang-orang di kamp memiliki sedikit kesempatan untuk menemukan pekerjaan. "Segera setelah mereka membaca lamaran Anda dan melihat Anda berasal dari kamp liar kulit putih, mereka menolak Anda. Sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan jika majikan tahu Anda tinggal di salah satu kamp."

METRO.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

22 Januari 2018

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

Seorang wanita hamil di Afrika Selatan yang meninggal dunia saat kandungannya berusia 9 bulan dilaporkan melahirkan bayinya 10 hari kemudian.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

23 Juni 2017

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

Seekor domba lahir dengan tubuh bagian atas mirip manusia sehingga membuat gempar ribuan warga desa Lady Frere di Afrika Selatan.

Baca Selengkapnya

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

31 Maret 2017

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

Di pasar valuta asing, nilai mata uang Rand Afrika Selatan dikabarkan turun hingga lima persen.

Baca Selengkapnya

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

28 Maret 2017

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

Aktivis anti-apartheid Afrika Selatan, Ahmed Kathrada, yang pernah dipenjara selama 26 tahun bersama Nelson Mandela, meninggal Selasa pagi, 28 Maret 2017.

Baca Selengkapnya

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

3 Maret 2017

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

Sebanyak 2 pasien, 2 pekerja konstruksi, dan 1 staf rumah sakit berhasil diselamatkan serta hanya luka ringan.

Baca Selengkapnya

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

28 Februari 2017

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

Sentimen anti-imigran kembali merebak di Afrika Selatan. Rumah imigran dibakar, terjadi penjarahan hingga ancaman.

Baca Selengkapnya

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

8 November 2016

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

Seorang tanpa rasa iba terus menekan tubuh dan kepala remaja dengan menggunakan penutup peti mati.

Baca Selengkapnya

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

12 Oktober 2016

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

Seorang wanita yang baru menikah terkejut ketika untuk pertama kali melihat organ intim milik suaminya.

Baca Selengkapnya

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

20 Agustus 2016

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

Bocah laki-laki berusia 6 tahun tewas setelah berusaha mencoba menghentikan seorang pria yang akan memperkosa ibunya.

Baca Selengkapnya

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

16 Mei 2016

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

Nelson Mandela adalah Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Mantan agen CIA mengaku CIA di balik pemenjaraan Mandela selama 27 tahun.

Baca Selengkapnya