Sejumlah penggungsi asal Afganistan beristirahat dibangunan bekas teater yang digunakan sebagai tempat penampungan di pulau Leros, Yunani, 17 Agustus 2015. AP/Lefteris Pitarakis
TEMPO.CO, Kabul - Ribuan demonstran turun ke jalan di ibu kota Afganistan, Kabul, Rabu, 11 November 2015, dengan membawa peti mayat tujuh orang dari etnis Hazara menunut keadilan setelah kepala mereka dipenggal.
Para pengunjuk rasa yang terdiri dari kaum perempuan dan sejumlah pria dari kelompok etnis berbeda -Pashtun, Tajik, Uzbek, dan Hazara- itu menggeruduk Istana Presiden guna mendesak pemerintah mengambil aksi terhadap meningkatnya kekerasan terhadap warga sipil.
Menurut pejabat Afganistan, sejumlah warga dari etnis Hazara disandera oleh militan kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) lebih dari sebulan lalu di Distrik Arghandan, Provinsi Zabul.
"Tiga preempuan, dua anak-anak, dan dua pria kepalanya telah dipenggal dengan kawat berduri oleh ISIS," ucap pejabat Afganistan yang tak bersedia disebutkan namanya. "Mayat meeka ditemukan oleh Taliban yang berhasil mengambil alih daerah tersebut."
Seorang aktivis hak-hak sipil, Shahzaman Hashemi mengatakan kepada Al Jazeera, "Kami akan melanjutkan perjuangan demi keselamatan keluarrga kami," ucapnya. "Ini adalah hak kami mendapatkan rasa aman. Apa yang terjadi pada perempuan dan anak-anak itu bisa pula terjadi pada kami."
Serangan Sadis ISIS di Masjid Syiah Afganistan, 28 OrangTewas
26 Agustus 2017
Serangan Sadis ISIS di Masjid Syiah Afganistan, 28 OrangTewas
Empat orang milisi ISIS melakukan serangan beruntun berupa ledakan bom bunuh diri dan rentetan tembakan di masjid Syiah di Kabul. Sebanyak 28 orang tewas.