Presiden Palestina Mahmoud Abbas. REUTERS/Mohamed Torokman
TEMPO.CO, Yerusalem - Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk pertama kalinya menyampaikan pidato di hadapan anggota Dewan HAM di Jenewa, Rabu, 28 Oktober 2015.
Kesempatan tersebut diperoleh Abbas setelah Palestina mendapatkan status pemantau di organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa tersebut.
Di hadapan angota Dewan, Abbas meminta agar PBB menciptakan sebuah mekanisme khusus untuk melindungi rakyatnya. Desakan itu disampaikan Abbas di tengah-tengah peningkatan kekerasan di Yerusalem.
"Situasi HAM saat ini di wilayah Palestina yang diduduki Israel, termasuk Yerusalem Timur adalah terburuk dan paling kritis sejak 1948," kata Abbas seperti dilaporkan kantor berita Palestina, Wafa.
"Israel bertindak sebagai negara di atas hukum, tidak tersentuh, tidak dihukum dan tanpa akuntabilitas," kata Abbas.
"Saya telah memperingatkan selama bertahun-tahun konsekuensi dari apa yang telah terjadi di Yerusalem dan sekitarnya," tambahnya menyoroti sejumlah kekerasan yang terjadi di wilayah Yerusalem dan Tepi Barat selama beberapa minggu terakhir.
Abbas juga sekali lagi menuduh Israel sebagai teroris pembunuh yang telah menghancurkan tempat tinggal mereka.
"Dewan Keamanan harus memikul tanggung jawab dan melindungi rakyat Palestina. Kami tidak bisa lagi menanggung serangan oleh warga dan tentara Israel. Lindungi kami, kami membutuhkan Anda," katanya memohon dengan sangat.
Abbas juga menyambut upaya internasional yang berniat untuk memperluas partisipasi perdamaian. Dia menyebut bahwa Resolusi Dewan Keamanan PBB akan dapat memberi rujukan yang jelas bagi perdamaian berdasarkan solusi dua negara di sepanjang perbatasan yang disepakati 1967.
Resolusi tersebut, menurut Abbas, perlu diumumkan dalam sebuah konferensi perdamaian internasional. Sementara Israel harus membebaskan warga Palestina yang ditahan.
Laman INN mencatat bahwa kerusuhan di daerah perbatasan Irael-Palestina telah dimulai setelah terjadi penikaman, penembakan, dan serangan lain yang melibatkan kedua warga dan militer negara. 778 insiden dilaporkan telah terjadi selama empat minggu terakhir.
Kekerasan terbaru terjadi dipicu sengketa akses ke Masjid al-Aqsa di Jerusalem.