TEMPO.CO, London – Terungkap, geng-geng kriminal suka menggunakan coretan spidol atau cat buat menandai rumah yang akan dicuri atau dirampok. Mereka sering menulisnya pada dinding atau tiang lampu sebagai kode berkomunikasi dengan sesama perampok.
Seperti diungkap dalam tulisan di laman Dailymail edisi 18 September 2015, kode-kode itu dikumpulkan oleh detektif yang biasa berurusan dengan geng criminal. Tanda yang lazim digunakan seperti tanda silang dalam segi empat. Kode ini menunjukkan sebagai sasaran empuk. Sebaliknya tanda silang dalam lingkaran berarti pemilik rumah tidak memiliki harta yang berharga.
Lain lagi kode untuk menggambarkan bahwa rumah itu mempunyai banyak harta yang melimpah dan berharga. Tandanya adalah bulatan-bulatan kecil mirip gambar berlian. Ada pula tanda untuk menunjukkan rumah yang dilengkapi dengan alarm sehingga si pencuri mesti berhati-hati.
Simbol-simbol itu memiliki sejarah panjang, bahkan sudah pernah dipakai puluhan tahun silam saat Amerika Serikat mengalami depresi. Ketika itu banyak sekali pengangguran dan kriminalitas meningkat.
Kode serupa juga biasa di pakai di Skotlandia. Banyak pencuri di negara ini juga menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi dengan yang lain. Kepolisian wilayan negara ini telah mempublikasikan deretan symbol itu kendati dikonfirmasi oleh kepolisian pusat.
CSIS Sebut Program Biodiesel B35 dan B40 Gibran Berpotensi Rusak Lingkungan
22 Januari 2024
CSIS Sebut Program Biodiesel B35 dan B40 Gibran Berpotensi Rusak Lingkungan
Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyoroti pernyataan calon wakil presiden nomor urut 3 Gibran Rakabuming ihwal Biodiesel B35 dan B40 dalam Debat Cawapres semalam. Gibran mengklaim program tersebut terbukti menurunkan impor minyak dan mendorong nilai tambah dan lebih ramah lingkungan.
PPATK Catat Tindak Pidana Pencucian Uang Terkait Kejahatan Lingkungan Rp 20 T Lebih
28 Juni 2023
PPATK Catat Tindak Pidana Pencucian Uang Terkait Kejahatan Lingkungan Rp 20 T Lebih
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan nilai tindak pidana pencucian uang atau TPPU terkait kejahatan lingkungan di Indonesia mencapai lebih dari Rp 20 triliun.
