Jurnalis Thailand Pravit Rojanaphruk Mundur dari The Nation  

Reporter

Kamis, 17 September 2015 13:21 WIB

Pravit Rojanaphruk. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Pravit Rojanaphruk, jurnalis Thailand yang ditahan junta militer Thailand pada 13 September 2015, mengundurkan diri dari surat kabar berbahasa Inggris tempatnya bekerja, The Nation. Pernyataan pengunduran diri ini dilayangkan sehari setelah ia dan dua politikus Thailand dibebaskan oleh junta militer pada 14 September.

Pravit, melalui akun Twitter miliknya, menyatakan pengunduran diri itu menyelamatkan surat kabar The Nation dari tekanan-tekanan di masa mendatang. "Thanks The Nation for everything. After discussing with management I agreed to resign to save the paper from further pressure. #Thailand," cuit Pravit di akun Twitter miliknya.

Pernyataannya di akun Facebook lebih lengkap. "I have decided to resign from The Nation newspaper after a meeting with the management and being requested to resign in order to save the paper from enormous pressure from all sides in the aftermath of being detained by the military junta," ia menulis.

Pravit, masih dalam akun Facebook-nya, menyatakan sebetulnya ia menyayangi dan peduli dengan kantor tempatnya bekerja selama 23 tahun. Namun, jika keputusannya mundur memang menyelamatkan tempat itu dari tekanan politik, ia bersedia melakukannya.
"I thank The Nation for all the good and difficult times we shared and endured. #Thailand #thenation," tulisnya.

The National Council for Peace and Order (NCPO) melepaskan Pravit dari tahanan militer setelah menekannya untuk menandatangani pernyataan tidak membuat opini yang menyerang pemerintahan junta. Kolumnis dan wartawan senior The Nation ini juga diminta untuk tidak memimpin atau menginisiasi suatu gerakan dan berkontribusi dalam gerakan anti-junta.

Pravit, 48 tahun, dikenal sebagai figur yang memperjuangkan kebebasan berpendapat di Thailand. Sejak terjadi kudeta pada Mei 2014, dia mengkritik keras pemerintah junta militer melalui kolomnya dan di media sosial. Pravit juga pernah ditahan oleh junta militer pada 2014.

Para pengacara yang bergabung dalam kelompok hak asasi manusia Thailand yang menemani Pravit menjelaskan pria itu dipanggil junta dengan alasan attitude adjustment. Menurut mereka, ini semacam program yang digunakan pemerintah untuk menangkapi para pembangkang.

Sebelum dipanggil junta militer pada Minggu, 13 September 2015, Pravit juga sempat mengunggah status pada akun Twitter-nya sekitar pukul 14.00 waktu setempat. "Freedom can't be maintained if we're not willing to defend it. #Thailand #," cuit Pravit. Cuitan inilah yang 'membakar' junta Thailand.

Direktur Asia Human Rights Watch Brad Adams mengatakan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dijadwalkan menghadiri pertemuan PBB di New York pada minggu keempat September. Menurut dia, kehadiran Prayuth dalam perhelatan itu diharapkan menjadi momen bagi para pemimpin negara di seluruh dunia untuk menekan junta Thailand agar menghormati HAM dan mengupayakan demokrasi di negaranya

BBC | HRW.ORG | THE NATION | NIEKE INDRIETTA

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya