Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad dan istrinya Siti Hasmah saat di antara demonstran "Bersih" di Kuala Lumpur, 29 Agustus 2015. REUTERS/Olivia Harris
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Saat aksi demonstrasi Malaysia Bersih memasuki hari kedua, Minggu, 30 Agustus 2015, spekulasi merebak bahwa Tun Mahathir Mohamad akan hadir sekali lagi malam ini. Sebelumnya, secara mengejutkan, dia hadir dalam aksi hari pertama di Dataran Merdeka, Sabtu malam, 29 Agustus 2015.
Isu tentang kehadirannya telah ramai dibicarakan di Twitter. Salah satu pengguna dengan nama Hafiz Marzukhi mencuit, "Ada kabar angin Tun M mungkin hadir sekali lagi di #Bersih4 hari ini. @501Awani."
Namun pembantu dekatnya, sebagaimana dikutip Astroawani.com, 30 Agustus 2015, tidak memberi jawaban yang pasti ketika dimintai tanggapan perihal keterlibatan mantan Perdana Menteri Malaysia itu dalam aksi Minggu.
Pada Sabtu kemarin, Mahathir secara mengejutkan muncul di Dataran Merdeka. Dalam kunjungan singkat pada pukul 19.25 waktu setempat di kerumunan aksi damai, Mahathir didampingi istrinya, Tun Siti Hasmah.
Penampilan Mahathir kemarin telah menarik perhatian, tidak hanya dari peserta aksi, tapi juga media sosial.
Ketika ditanya apa alasan di balik keputusannya turun ke jalan, veteran politik itu hanya menjawab dengan bahasa yang normatif. "Saya datang hanya untuk melihat situasi," ujar Mahathir.
Meski demikian, penampilan Mahathir telah memicu kritik dari beberapa pemimpin UMNO, partai berkuasa yang pernah dipimpin Mahathir.
Di antaranya anggota Dewan Tertinggi UMNO, Datuk Tajuddin Abdul Rahman, yang menuturkan Mahathir tidak akan punya tempat lagi dalam konvensi tahunan partai berikutnya.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.