Begini Cara Kongo Adili Pelaku Kejahatan Seksual

Reporter

Sabtu, 20 Juni 2015 05:34 WIB

Angelina Jolie memeluk Neema Namadamu dari Republik Democratik Kongo di pertemuan 'End Sexual Violence in Conflict' di London (11/6). Namadamu mendirikan sebuah organisasi yang menggunakan media digital untuk memberdayakan perempuan menuntut perdamaian di Kongo Timur. AP/Lefteris Pitarakis

TEMPO.CO , Bunia:Ketika di negeri ini tengah disibukkan dengan mencari cara memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem penegakan hukum, di Kongo, negara terbesar kedua di benua Afrika telah membuat inovasi untuk memulihkan kepercayaan masyarakatnya terhadap sistem peradilan.

Inovasi berupa sistem pengadilan sipil bergerak bertujuan memberikan hukuman dan keadilan dalam kasus kejahatan seksual yang terjadi dalam skala masif di Kongo. Ada 65 kasus kekerasan seksual yang akan dibawa ke pengadilan. Pelakunya militer dan sipil. Korbannya para perempuan dan anak-anak yang tersebar di berbagai tempat hingga ke perbatasan Uganda.

Sistem pengadilan sipil bergerak ini dibentuk dengan mempertimbangkan kasus kekerasan seksual tersebar di sejumlah daerah dan masyarakat mengalami kesulitan mengakses pengadilan.

Pekan lalu, persidangan dengan sistem pengadilan sipil bergerak di Bunia, menghadirkan 46 terdakwa yang didakwa melakukan kekerasan seksual kepada sejumlah perempuan dan anak-anak di perbatasan Uganda. Hasilnya, hakim menyatakan 13 terdakwa diputuskan tidak bersalah, dan enam kasus dikembalikan ke jaksa untuk diperbaiki. Selebihnya, dijatuhi hukuman antara 7 hingga 15 tahun penjara.

Di ibu kota provinsi Ituri, Pengadilan Mahkamah Bunia menggelar pengadilan massal dengan sistem pengadilan bergerak. Warga yang tak mampu mengakses pengadilan dan hakim menjadi terbantu. Meski begitu ada juga kritik karena pengadilan massal membuat persidangan jadi lamban.

Menurut Penasehat Kepresidenan untuk Kekerasan Seksual dan Perekrutan Anak, pengadilan bergerak yang dia ikuti pertama kali diterapkan di Itori pada Oktober 2014.

Dari konsultasi yang dia adakan tahun lalu di Itori, penduduk lokal menyatakan kekhawatiran mereka atas sistem pengadilan militer yang tengah berlangsung tidak menuntut pelaku kekerasan seksual dari warga sipil. Sehingga mereka berharap adanya pengadilan untuk menghukum para pelaku.

"Tidak semua korban kekerasan seksual di Kongo mampu dengan mudah mengakses sistem pengadilan, makanya kami membawa pengadilan ini ke masyarakat," kata Mabunda seperti dilansir All Africa.com, 16 Juni 2015.

Selama ini, para korban kejahatan seksual terus jadi korban akibat ketiadaan saluran yang sesuai untuk mendakwa para pelaku. Malah yang terjadi, mereka kerap dipaksa untuk mengungsi dari rumahnya dan mengalami diskriminasi. Mereka juga dilanda ketakutan akan serangan balas dendam dari para pelaku dan keluarganya.

"Kami membutuhkan pengadilan ini untuk menunjukkan bahwa keadilan itu ada. Para pemerkosa itu mengerti bahwa mereka harus dihukum. Kami ingin menyaksikan keadilan terjadi," kata seorang pria yang anaknya berusia 15 tahun menjadi korban kekerasan seksual.

Harapan yang besar dari masyarakat membuat pengadilan ini terus bekerja dan memastikan ke masyarakat bahwa pengadilan bekerja dengan cepat.

Pengadilan Mahkamah Bunial didanai oleh pemerintah Kongo dan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kekerasan Seksual di daerah Konflik yang dikepalai oleh Zainab Bangoura. Badan ini mendapat dukungan dana dari pemerintah Jepang.

ALL AFRICA | MARIA RITA

Berita terkait

Pemberontak Bunuh 40 Polisi Kongo  

26 Maret 2017

Pemberontak Bunuh 40 Polisi Kongo  

Para milisi itu kemudian kabur dengan kendaraan dan membawa senjata milik polisi.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Pajak Ulat, Puluhan Orang di Negara Ini Tewas

19 Oktober 2016

Gara-gara Pajak Ulat, Puluhan Orang di Negara Ini Tewas

Sedikitnya, 20 orang tewas dalam pertempuran selama tiga hari antara etnis Pygmy dan Bantu.

Baca Selengkapnya

Demam Kuning Afrika Bisa Menyebar ke Seluruh Dunia

16 Agustus 2016

Demam Kuning Afrika Bisa Menyebar ke Seluruh Dunia

Penularan wabah demam kuning (yellow fever) yang sudah merenggut ratusan nyawa di tengah Afrika, kini dilaporkan bisa menyebar ke seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Serangan Pemberontak di Kongo, 64 Orang Tewas  

15 Agustus 2016

Serangan Pemberontak di Kongo, 64 Orang Tewas  

Sebanyak 64 orang tewas dalam serangan pemberontak di Republik Demokratik Kongo timur laut.

Baca Selengkapnya

Eks Wakil Presiden Kongo Dituding sebagai Penjahat Perang  

22 Maret 2016

Eks Wakil Presiden Kongo Dituding sebagai Penjahat Perang  

Bemba dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kejahatan kemanusiaan di Republik Afrika Tengah (CAR) selama lebih-kurang satu dekade.

Baca Selengkapnya

Kongo Izinkan 150 Anak Diadopsi Warga Asing

23 Februari 2016

Kongo Izinkan 150 Anak Diadopsi Warga Asing

Kongo mengizinkan 150 anak diadopsi orang tua warga negara asing.

Baca Selengkapnya

Kongo, Negara Paling Berbahaya untuk Wanita  

26 November 2014

Kongo, Negara Paling Berbahaya untuk Wanita  

Setidaknya 48 wanita Kongo diperkosa setiap satu jam. Tingginya kekerasan seksual ini menjadikan Kongo sebagai negara paling tidak aman untuk wanita.

Baca Selengkapnya

Warga Kongo Makan Jasad Terduga Teroris  

3 November 2014

Warga Kongo Makan Jasad Terduga Teroris  

Pria yang tidak diidentifikasi itu diduga bagian dari kelompok Islam ekstremis ADF-NALU.

Baca Selengkapnya

300 Tahanan Kabur dari Penjara Kongo  

6 Juni 2014

300 Tahanan Kabur dari Penjara Kongo  

Pelarian ini dimulai ketika narapidana merebut senjata penjaga penjara.

Baca Selengkapnya

Suporter Bola Ricuh, 15 Warga Kongo Tewas  

12 Mei 2014

Suporter Bola Ricuh, 15 Warga Kongo Tewas  

Amarah para suporter meninggi setelah tim lokal dikalahkan 1-0 oleh tim dari kota timur di Lubumbashi pada pertandingan Minggu, 11 Mei 2014.

Baca Selengkapnya