Presiden RI ke-7, Joko Widodo diambil sumpahnya dalam pelantikannya sebagai Presiden di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin 20 Oktober 2014. AP/Dita Alangkara
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah galeri foto di Canberra, Australia, National Portrait Gallery, menyingkirkan foto Presiden Indonesia Joko Widodo dari pajangan untuk publik setelah pelaksanaan eksekusi mati duo Bali Nine.
Potret fotografi hasil jepretan Adam Ferguson itu telah menjadi salah satu peserta di National Photographic Portrait Prize tahun ini.
Galeri awalnya merencanakan memajang potret Jokowi sampai Juni. Namun, Direktur Galeri Angus Trumble mengatakan penyingkiran potret adalah tindakan sementara dan fotografer telah diberi tahu. Dia beralasan manajemen galeri khawatir potret itu mungkin akan dirusak oleh orang yang marah dengan pelaksanaan eksekusi atas Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada Rabu dinihari lalu.
"Perasaan saya adalah bahwa dalam situasi dan pekerjaan kami, serta penilaian saya yang terbaik untuk menghindari adanya risiko kerusakan pada karya seni, maka perlu untuk memindahkan foto itu dari pajangan publik," katanya.
Fotografer Adam Ferguson membuat pernyataan di Facebook-nya. Dia mengatakan sedih mendengar berita Chan dan Sukumaran dieksekusi mati, tapi ia juga bingung dengan keputusan NPG ini.
"Hukuman mati adalah kuno dan saya turut berduka untuk keluarga," kata Ferguson. "Saya diberi tahu bahwa foto saya dihapus dari pameran untuk mengantisipasi respons masyarakat terhadap eksekusi Bali Nine dan untuk menghormati para korban dan keluarga mereka.”
Ferguson mengaku bingung karena lembaga seni terkemuka Australia akan mengambil tindakan seperti itu. Potret Jokowi diambil September lalu saat sesi pemotretan Presiden Joko Widodo untuk sampul majalah Time.
