Dahsyatnya Pidato Bung Karno di KAA 1955  

Senin, 20 April 2015 15:51 WIB

Presiden Sukarno menyampaikan pidatonya di KAA 1955, Bandung. Dok Museum KAA

TEMPO.CO, Jakarta - Di Gedung Merdeka, Bandung, selama 40 menit Presiden Sukarno membakar semangat para peserta dari 29 negara di Asia dan Afrika. Tak kurang dari sepuluh kali tepuk tangan panjang memotong pidato proklamator Republik Indonesia itu.

"Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas lagi dari rantainya," kata Bung Karno dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika, Senin, 18 April 1955.

Bung Karno berpidato di hadapan para perwakilan dari 23 negara Asia dan enam negara Afrika, termasuk Sudan dan Gold Coast (sekarang Ghana) yang kala itu belum merdeka penuh dari negara penjajahnya. Hadir pula dalam konferensi itu, perwakilan dari Aljazair, Tunisia, dan Maroko sebagai peserta peninjau.

Kebanyakan negara peserta KAA merdeka setelah Perang Dunia II berakhir. Mereka bersatu mengempaskan penjajahan. Negara-negara yang tak mengikuti Konferensi I pada 1955 pun ikut terguyur gerakan antikolonialisme yang ditiupkan dari Bandung. Nigeria, antara lain, didukung peserta konferensi di forum internasional, sehingga mencapai kemerdekaan pada 1 Oktober 1960 dari penjajahan Prancis.

Konferensi juga membela Aljazair, Tunisia, serta Maroko, yang dalam salah satu butir keputusan pentingnya menyerukan kemerdekaan ketiganya dari penjajahan Prancis. Bung Karno secara konsisten mendesak PBB turun tangan menyelesaikan konflik Aljazair yang disebabkan oleh kolonialisme Prancis.

"Sudah jelas sekali bahwa rakyat Aljazair menghendaki kemerdekaan. Hal itu tidak dapat dibantah lagi,” tuturnya dalam Sidang Umum PBB XV pada 30 September 1960. Dia mengusulkan PBB menggelar jajak pendapat untuk mengetahui keinginan merdeka rakyat Aljazair. Tahun itu pula, Prancis dan Inggris mulai melepaskan koloni mereka.

Di Aljazair, pemimpin pergerakan menggemakan Dasasila Bandung, yang berisi hak tiap negara untuk berdaulat. ”Hari kemerdekaan Aljazair ada dua. Pada 1 November, hari nasional kami, dan KAA 1955,” kata Menteri Luar Negeri Aljazair (1991-1993) Lakhdar Brahimi kepada Tempo, April 2005.

Enam puluh tahun berlalu. Mulai 19 hingga 26 April 2015, Indonesia kembali jadi tuan rumah, kali ini untuk nostalgia, peringatan Konferensi Asia-Afrika. Dari 109 negara yang diundang, 57 memastikan datang. Ada empat acara utama dalam perhelatan itu, antara lain Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada 22-23 April 2015. Puncak peringatan akan diadakan di Bandung pada 24 April 2015.

TIM TEMPO

Berita terkait

Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

14 menit lalu

Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno. Apa kata PDIP dan pengamat?

Baca Selengkapnya

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

19 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

22 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

38 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

44 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

24 November 2023

Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

Rumah Sakit Indonesia di Gaza berada dalam kondisi luluh lantah akibat serangan oleh Israel, peristiwa tersebut pun turut direspon oleh Dosen HI Unair.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

10 Oktober 2023

Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengunjungi Kedutaan Besar Palestina untuk menyatakan dukungan kepada Palestina.

Baca Selengkapnya

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.

Baca Selengkapnya