Wawancara Tempo dengan Lee Kuan Yew: Generasi Kedua

Reporter

Selasa, 24 Maret 2015 04:50 WIB

leekuanyew.com



Ada kesan orang di Jakarta bahwa Singapura lebih takut pada Uni Soviet ketimbang super powers lain. Kenapa? Apakah Anda berpendapat para anggota ASEAN lain merasakan juga ketakutan Singapura akan pengaruh Rusia?

Hanya ada dua super power menurut istilah yang dimengerti umum Amerika Serikat dan Uni Soviet. Singapura tidak takut pada Amerika Serikat. Ia tidak ingin menguasai Singapura ataupun ASEAN. Sebaliknya, Uni Soviet berusaha jadi negara terkuat di dunia dengan pengaruh terbesar di semua bagian dunia yang strategis, termasuk Selat Malaka. Uni Soviet belum mendapatkan sumber penghasilan ekonomi, perdagangan, investasi dan pengalihan teknologi, yang dipunyai Amerika, untuk mempengaruhi negeri Dunia Ketiga. Soviet membangun lebih banyak dan lebih banyak kekuatan militer.

Saya telah membandingkan kesan saya tentang Uni Soviet dengan para pemimpin ASEAN yang juga telah mengunjungi Uni Soviet. Saya tidak semestinya bicara untuk para kolega saya di ASEAN. Sekiranya pertanyaan Anda bermaksud mencakup Cina sebagai suatu super power biarkanlah saya menambahkan bahwa saya berpendpat kapasitas Cina untuk membuat tinGkah buruk di kawasan ASEAN jauh lebih sedikit ketimbang Uni Soviet. Cina sangat jauh di belakang Uni Soviet dan Amerika Serikat, secara ekonomi maupun militer, dan akan tetap di belakang setidaknya sampai 20 tahun mendatang.

Kapasitas Cina untuk mengacau, setidaknya sampai 10 tahun mendatang, terbatas pada penghasutan dan bantuan gerilya pemberontak komunis, dan gangguan kenakalannya yang langsung mengimbau pada orang keturunan Cina, terlepas dari soal apakah mereka warganegara sesuatu bangsa ASEAN yang merdeka. Cina memerlukan bantuan orang Cina perantauan, terutama pengiriman uang dan investasi mereka, untuk membantu usaha modernisasinya.

Brunei akan memperoleh kemerdekaannya tahun 1983. Apakah Anda menduga akan terjadi sesuatu persaingan untuk mempengaruhi Brunei, terutama dari pihak anggota ASEAN Singapura tidak bermaksud untuk bersaing dengan anggota ASEAN lainnya untuk mencari pengaruh di Brunei. Saya tidak membayangkan adanya friksi antara sesama anggota ASEAN yang timbul dari kemerdekaan Brunei.



Presiden Soeharto meminta saya ketika saya menjumpai beliau dalam Juni 1978 supaya memberitahukan Sultan Brunei bahwa ASEAN akan menyambut Brunei sebagai anggota. Saya menyampaikan pandangan Presiden Soeharto pada Sultan itu ketika saya menjumpai beliau dalam Maret 1979. Sultan itu mengucapkan terimakasih atas pesan itu. Saya kira beliau tertarik oleh usul tadi.



Karena Anda akan berjumpa dengan Presiden Soeharto di Yogyakarta, bisakah Anda sebutkan beberapa pokok penting yang ingin Anda kemukakan dalam pembicaraan nanti? Secara bilateral? Secara regional?

Keuntungan pertemuan saya --empat mata -- dengan Presiden Soeharto ialah diskusi kami berterus terang dan langsung. Sebagian besar dari keasyikan kami sekarang ialah regional. Sesudah pertemuan itu, mungkin akan pantas saya ceritakan pada pers sebagian.

Bagaimana Anda menilai hubungan Singapura-Indonesia sekarang dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya?



Hubungan antara Indonesia dan Singapura duapuluh tahun lalu bersahabat dan ramah ketika saya mengunjungi almarhum Presiden Sukarno di Jakarta dalam bulan Januari 1960. Tahun 1963, ada konfrontasi terhadap Malaysia, yang ketika itu meliputi Singapura. Tahun 1966, konfrontasi diselesaikan. Salah satu sisa masalah konfrontasi membuat hubungan tegang dengan pemerintahan Presiden Soeharto yang baru dalam tahun 1968. Secara beransur hubungan itu membaik karena kami punya persepsi lebih baik tentang tujuan masing-masing. Saya mengunjungi Presiden Soeharto di Jakarta dalam bulan Mei 1973. Kami saling mengenal. Saya yakin kami mengerti jalan pikiran persoalan dan cara mendekati persoalan masing-masing. Sesudah Puncak Bali dalam bulan Februari 1976, hubungan kembali makin erat secara bilateral dan dalam ASEAN.



Singapura mengatakan ia akan menunggu Indonesia dulu sebelum ia sendiri membuka hubungan resmi dengan Cina. Apakah Anda mau terus menunggu tanpa batas waktu?

Saya membuat hal sederhana dengan mengatakan apa yang saya maksud, dan melakukan apa yang saya utarakan. Tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Cina sampai Indonesia memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Cina. Karena Cina memahami ini, dslam bulan Maret 1979, Menteri Perdadagangan Luar Negeri Cina Li Qiang, ketika berkunjung ke Singapura, mengusulkan suatu perjanjian perdagangan. Kami membuat banyak amandemen atas naskah usul mereka. Mereka membuat amandemen balasan. Desember 1979 Menteri Keuangan kami, Hon Sui Sen menandatangani suatu perjanjian perdagangan dengan Menteri Li Qiang di Beijing. Dalam bulan Februari, suatu tim pejabat Cina tiba di Singapura untuk menyelesaikan detil tapi persoalannya tak selesai. Dalam bulan Juni, tim pejabat kami pergi ke Beijing dan akhirya tercapai persetujuan mengenai detil untuk membentuk dua Kantor Hubungankomersial--satu di Singapura untuk Cina, dan satu di Beijing untuk Singapura. Itu bukan berarti hubungan diplomatik, dan Cina mengerti perbelaannya.



Bila Indonesia telah meramalkan hubungannya dengan Cina, Singapura juga akan mengadakan hubungan diplomatik. Ada banyak perubahan sebagai akibat hubungan diplomatik yang harus diamati dalam banyak bidang.



Tapi kenapa Anda harus menunggu Indonesia terlebih dulu?

Kami telah memikirkan betul hal ini. Adalah demi kepentingan nasional kami bahwa kami harus terakhir di ASEAN untuk menjalin hubungan diplomatik (dengan Cina). Kami punya identitas sendiri sebagai orang Singapura. Tapi selalu ada saja tersembunyi kesangsian, kecurigaan, ketidakpastian dalam pikiran para anggota Asean bahwa karena penduduk Singapura 75% keturunan Cina, maka Singapura bisa gampang ditunggangi Cina, dan akan memihak Cina.



Dengan menjadi terakhir ini, kami menonjolkan pada sesama rekan ASEAN kami, dan pada Cina, bahwa kami sesungguhnya orang Singapura. Cina tidak bisa melangkahi keputusan pemerintah Singapura untuk pergi kepada orang Singapura keturunan Cina supaya mereka mendesak pemerintah Singapura untuk mengubah posisinya. Kami menunjukkan bahwa rakyat kami, terutama generasi muda yang lahir dan dibesarkan di Singapura tidaklah gampang terpengaruh oleh tekanan dan bujukan seperti itu. Mereka berpikir sebagai orang Singapura. Ini pantas dicatat .



TEMPO

Berita terkait

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal, Sempat Dirawat Dua Bulan di RSCM

1 hari lalu

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal, Sempat Dirawat Dua Bulan di RSCM

Almarhum Fadil Zumhana akan dimakamkan pada hari ini di TPU Poncol-Bekasi.

Baca Selengkapnya

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

15 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Lee Hsien Loong Umumkan akan Mundur pada 15 Mei 2024

26 hari lalu

PM Singapura Lee Hsien Loong Umumkan akan Mundur pada 15 Mei 2024

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengumumkan pengunduran dirinya mulai 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

5 Maret 2024

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.

Baca Selengkapnya

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

5 Maret 2024

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

5 Maret 2024

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.

Baca Selengkapnya

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.

Baca Selengkapnya

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

28 Desember 2023

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya

Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

3 Desember 2023

Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

Doni Monardo menjabat sebagai Ketua Umum PPAD atau Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat untuk periode 2021-2026.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

3 Desember 2023

Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

Doni Monardo jatuh sakit dan menjalani proses perawatan intensif di rumah sakit sejak 22 September 2023.

Baca Selengkapnya