Banjir di wilayah Pahang, Malaysia, 4 Desember 2014. (harianandalas.com)
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang melanda lima negara bagian di Malaysia sejak 16 Desember 2014 lalu belum menunjukkan tanda-tanda surut. Menurut kantor berita Malaysia, Bernama, banjir dengan korban mengungsi 90.250 jiwa ini adalah yang terbanyak sepanjang sejarah negara tersebut. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu korban," ujar Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, 25 Desember 2014.
Banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan yang melanda kawasan Semenanjung Timur Malaysia. Negeri jiran itu mencapai titik curah hujan tertinggi sejak 1971.
Adapun negara bagian Kelantan menjadi penyumbang pengungsi terbanyak yakni 32.343 jiwa, disusul Trenggano (28.991), Pahang (24,316), Perak (4,335) and Perlis (265).
Akibat banjir, kegiatan sekolah pada awal tahun ajaran terpaksa diliburkan. Salah satunya adalah sekolah di Kelantan. Pejabat Pendidikan Kelantan, Hussain Awang, menyatakan sekolah di Kelantan ditangguhkan hingga banjir mereda.
Banjir juga berdampak pada lumpuhnya fasilitas Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II di Kota Bharu, Kelantan. Akhirnya 157 pasien dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Sains Malaysia di distrik Kubang Kerian.
Pemerintah Malaysia meminta pengungsi menetap di tempat penampungan sementara yakni di sekolah menengah Beseri Mara, Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Abi, gelanggang Malau, gelanggang Beseri Dalam dan gelanggang Seri Pilihan.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.