Pemuda Palestina mengumpulkan ban untu dibakar saat bentrokan dengan polisi Israel di Shuafat, pinggiran Jerusalem (3/7). Penemuan mayat di hutan Yerusalem pada hari Rabu menimbulkan kecurigaan bahwa pemuda hilang Palestina telah dibunuh oleh Israel yang membalas kematian tiga remaja Yahudi diculik. REUTERS/Ammar Awad
TEMPO.CO, Hebron - Pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina yang menjadi terduga penculik dan pembunuh tiga remaja Israel di Tepi Barat pada Juni lalu. Keduanya diidentifikasi sebagai Marwan Kawasme dan Amar Abu Aysha.
"Kami melepaskan tembakan. Mereka balas menembak, dan mereka akhirnya tewas dalam baku tembak," kata juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner, seperti dilansir Reuters, Selasa, 23 September 2014.
Satu orang telah dipastikan tewas, sedangkan satu lainnya belum dapat diketahui. "Kami belum dapat konfirmasi secara visual, tapi kami memperkirakan dia juga telah tewas," ujar Lerner. (Baca juga: NSA Beri Intel Israel Info Pribadi Warga Palestina)
Pasukan Israel telah berbulan-bulan mencari keberadaan Marwan Kawasme dan Amar Abu Aysha, yang berusia sekitar 30 tahun dan berasal dari Hebron. Mereka diduga sebagai pelaku penculikan dan penembakan tiga remaja di permukiman Yahudi pada malam hari, 12 Juni lalu. Tewasnya tiga remaja Israel tersebut juga menjadi pemicu Israel menggempur Jalur Gaza selama 50 hari.
Menurut kesaksian penduduk Hebron, tentara Israel mengepung sebuah rumah pada dinihari dan terdengar suara tembakan. Pihak militer Israel mengatakan tentara dan polisi telah mengetahui keberadaan Kawasme dan Abu Aysha di rumah tersebut dan berusaha melakukan penangkapan hingga terjadi baku tembak. (Baca juga: Israel Akan Ambil Alih 400 Hektare Lahan Palestina)
Gubernur Hebron sudah memastikan dan mengumumkan lewat siaran radio Palestina bahwa keduanya tewas. "Sudah dipastikan dua martir, al-Kawasme dan Abu Aysha, dibunuh pagi ini selama operasi militer di wilayah Universitas Hebron. Kami mengutuk kejahatan ini, pembunuhan ini, karena disengaja dan telah direncanakan untuk pembunuhan," ujarnya.
Kawasme dan Abu Aysha berafiliasi dengan kelompok Hamas, yang awalnya membantah terlibat dalam penculikan tiga remaja Israel. Namun, pada bulan lalu, kelompok tersebut akhirnya mengaku bertanggung jawab.
Tiga mahasiswa seminari Yahudi, Eyal Yifrach, 19 tahun, Gilad Shaer (16), dan Naftali Franenkel (16) menghilang pada 12 Juni lalu. Jasad ketiganya ditemukan pada 30 Juni 2014 di sebuah lapangan dekat Hebron.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.