Sejumlah awak media mengambil gambar kotak hitam pesawat Malaysia Airlines MH17, sebelum diserahkan oleh separatis Ukraina pro-Rusia kepada perwakilan pemerintah Malaysia, di Donetsk, Ukraina, Selasa 22 Juli 2014. Jenazah 298 korban pesawat MH17 saat ini sedang dalam perjalanan menuju Belanda. REUTERS/Maxim Zmeyev
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, berangkat ke Ukraina untuk ikut dalam investigasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. "Berangkat bersama Kapten Ertata Lananggalih, investigator senior subkomite udara KNKT," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 Juli 2014.
Tatang mengatakan belum mengetahui batas waktu investigasi KNKT di sana. Pada Senin, 21 Juli silam, tim Indonesia menggelar rapat di Direktorat Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri. Koordinasi dengan otoritas investigasi Malaysia dan Belanda pun dilaksanakan sehari setelahnya di Kuala Lumpur. "Termasuk koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur," ujarnya.
Tatang mengatakan KNKT berkomunikasi dengan KBRI di Belanda dan Ukraina melalui KBRI Malaysia di waktu yang sama. Perlengkapan yang dibutuhkan KNKT dalam investigasi sudah disiapkan sejak 21 Juli lalu. (Baca juga: Ukraina Alihkan Wewenang Penyelidikan MH17 ke Belanda)
Keikutsertaan KNKT di musibah MH17 merupakan kemajuan. Sebelumnya, KNKT dinilai tidak berwenang mengusut jatuhnya pesawat penumpang tersebut.
Sebanyak 12 warga Indonesia menjadi korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur yang ditembak di wilayah timur Ukraina, atau 4 kilometer dari perbatasan Rusia, Kamis, 17 Juli 2014. Pesawat ini dijadwalkan tiba di Kuala Lumpur pada Jumat pagi, pukul 06.10 waktu Malaysia. (Baca juga: Data Kotak Hitam MH17 Masih Utuh)
Menurut situs Malaysia Airlines, pesawat yang meledak bertipe Boeing 777-200 berpenumpang 295 orang, terdiri dari 280 penumpang dan 15 awak pesawat.
Berdasarkan hasil penyidikan yang diikuti ATPOL Den Hag yang dikirim kepada Kementerian Perhubungan Indonesia, berikut ini nama-nama WNI yang menjadi korban.