Kisah MengIndonesiakan Paksa Anak Timor Leste (1)

Reporter

Minggu, 16 Maret 2014 09:26 WIB

Helene van Klinken. Portalkbr.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang periode 1975 hingga 1999, tatkala Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia, ribuan anak Timor Leste dibawa ke Indonesia dengan kapal. Mereka diangkat menjadi anak oleh keluarga-keluarga tentara. Ada yang dititipkan ke panti asuhan hingga pesantren.

Disertasi doktoral Helene van Klinken di University of Queensland, Australia, yang diterbitkan menjadi buku Making Them Indonesians, Child Transfer Out of East Timor pada 2012, mengungkapkan di Indonesia mereka “dipaksa” berasimilasi dengan Indonesia. Tempo melakukan penelusuran terhadap anak-anak tersebut, yang kini telah dewasa dan menemukan kembali keluarga aslinya. Berikut tulisan pertama dari enam tulisan yang disajikan disini.

Kisah anak-anak keturunan Aborigin yang diambil dengan paksa dari keluarganya membekas kuat di benak Helene van Klinken, 66 tahun, seorang peneliti sosial. Tatkala dia kecil, ibunya yang menjadi relawan di permukiman kaum Aborigin di Cherbourg, Queensland, Australian, sering menceritakan kisah 'Stolen Generations'. 'Stolen Generations' adalah julukan bagi anak-anak Aborigin dan anak-anak orang Kepulauan Selat Torres yang banyak menghuni panti asuhan. Mereka dibawa oleh institusi pemerintah federal dan pemerintah pusat Australia, juga oleh misi gereja, pada periode 1909 hingga 1969.

Bayangan penderitaan anak-anak Aborigin itu muncul kembali ketika Helene bertugas di Timor Leste pada 2003. Kala itu ia menjadi relawan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi di Timor Leste (Comissão de Acolhimento, Verdade e Reconciliação de Timor Leste, CAVR).

Ia mendengar pengakuan langsung dari orang tua yang kehilangan anaknya. Helene juga mendapat laporan dari banyak saksi mata yang melihat bagaimana anak-anak Timor Timur (sebutan Timor Leste saat masih menjadi bagian dari Indonesia) dimasukkan ke peti besar oleh tentara Indonesia lalu diangkut kapal yang akan pulang ke Indonesia.

“Peti itu diketuk-ketuk dari dalam,” kata Helene di ujung telepon saat dihubungi ke kediamannya di Leiden, Belanda. Mereka dimasukkan ke peti agar dianggap sebagai barang bawaan untuk menghindar pemeriksaan polisi militer karena tentara dilarang mengangkat anak (yatim piatu) tanpa ada surat yang ditandatangani oleh bupati. (Baca: Jejak Pelanggaran HAM Hambat Wiranto-Prabowo )

Sebenarnya, informasi mengenai pemindahan anak-anak Timor Timur yang masih di bawah umur ke Indonesia sudah didengar Helene tiga tahun sebelumnya saat ia bekerja di Yogyakarta. Ketika itu ia bertemu dan mewawancarai bekas tenaga bantuan operasional (TBO) bernama Antonio asal Manatuto yang diselundupkan oleh seorang kopral ke Ambon pada 1980. Namun pengaduan dari banyak orang tua saat ia berada di Timor Leste itulah yang menyadarkan Helene bahwa pada rentang waktu dari 1975 hingga 1999 pemindahan tersebut bersifat sistematis.

Dari situlah Helene kemudian menyusun temuannya untuk dijadikan disertasi doktoralnya di The School of History, Philosophy, Religion, and Classics University of Queensland di Brisbane, Australia. Helene meraih gelar doktor pada 2009.

Disertasi itu kemudian diterbitkan oleh Penerbit Universitas Monash menjadi buku setebal 212 halaman berjudul Making Them Indonesians, Child Transfer Out of East Timor, pada 2012. Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia pada Januari lalu menerbitkan edisi bahasa Indonesia dengan judul Anak-anak Tim-Tim di Indonesia: Sebuah Cermin Masa Kelam.

Penelitian Helene tentang pemindahan anak-anak Timor Timur ke Indonesia ini menemukan adanya kesejajaran dengan pencerabutan anak-anak Aborigin dari keluarganya di Australia, praktek yang baru berhenti pada akhir dasawarsa 1960. Meski tidak identik, menurut Helene, ada kesamaan tujuan politik dan ideologi dalam upaya pemindahan itu. Di Timor Timur, pelaku pemindahan adalah perorangan, lembaga dan institusi negara seperti Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan institusi keagamaan.

“Gramedia langsung mau ketika saya tawari buku itu,” kata Helene mengenai buku setebal 354 halaman dan berukuran lebih kecil daripada edisi aslinya yang diluncurkan pada 12 Januari lalu itu di Jakarta.

Dian Yuliastuti | Purwani Diyah Prabandari (Jakarta) | Sri Pudyastuti Baumeister (Stuttgart)



Topik terhangat




Terpopuler :


7 Jam Setelah Pesawat Hilang Versi Malaysia Airlines
Najib Razak: Hilangnya MH370 karena 'Kesengajaan'
Kata Media Asing Ihwal Pencalonan Jokowi

Advertising
Advertising

Berita terkait

Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

3 Agustus 2023

Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

KBRI Dili melakukan uji coba pengembangan kurikulum Bahasa Indonesia untuk sekolah-sekolah di Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

12 Januari 2023

Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

Sejumlah isu dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Indonesia dan Timor Leste kemarin, seperti peluang meningkatkan kerja sama ekonomi dan penyelesaian batas darat antara kedua negara.

Baca Selengkapnya

Jaring Mahasiswa Internasional, ITS Gelar Seleksi Langsung di Timor Leste

6 Desember 2022

Jaring Mahasiswa Internasional, ITS Gelar Seleksi Langsung di Timor Leste

ITS menggelar rangkaian promosi dan seleksi masuk calon mahasiswa baru ITS 2023 di Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Temui Mahfud MD, Xanana Bahas Perbatasan Indonesia-Timor Leste

4 Februari 2020

Temui Mahfud MD, Xanana Bahas Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Penyelesaian perbatasan Indonesia dan Timor Leste akan dilakukan secara politik dan mempertimbangkan masyarakat yang tinggal di sana.

Baca Selengkapnya

Pemerintah RI - Timor Leste Kerja Sama Jaga Perairan Indonesia

14 Agustus 2019

Pemerintah RI - Timor Leste Kerja Sama Jaga Perairan Indonesia

Pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat kampanye bersama untuk menjaga ekosistem Perairan Ekosistem Laut Besar Indonesia atau ISLME.

Baca Selengkapnya

Indonesia Diminta Terus Dukung Timor Leste Jadi Anggota ASEAN

28 Juni 2018

Indonesia Diminta Terus Dukung Timor Leste Jadi Anggota ASEAN

Presiden Timor Leste Francisco Guterres melakukan kunjungan ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor pada hari ini.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Bertemu Menlu Timor Leste, Ini yang Dibahas

31 Januari 2018

Menlu Retno Bertemu Menlu Timor Leste, Ini yang Dibahas

Menlu Retno mengatakan pertemuannya dengan Menlu Timor Leste Aurelio Sergio Guterres di kantornya hari ini berlangsung efektif dan konstruktif.

Baca Selengkapnya

Fadli Zon: Australia Bertanggung Jawab Pencemaran Laut Timor

1 Februari 2017

Fadli Zon: Australia Bertanggung Jawab Pencemaran Laut Timor

Menurut Fadli Zon, pencemaran itu menyebabkan nelayan dan petani rumput laut di Nusa Tenggara Timur merugi.

Baca Selengkapnya

Longsor, Ruas Jalan Indonesia-Timor Leste Putus  

30 Januari 2017

Longsor, Ruas Jalan Indonesia-Timor Leste Putus  

Jalan yang menghubungkan Belu, NTT, dengan Timor Leste rusak parah karena longsor. Akibatnya, warga tiga desa terisolasi.

Baca Selengkapnya

Pos Perbatasan Indonesia-Timor Leste Jadi Tempat Wisata

22 Januari 2017

Pos Perbatasan Indonesia-Timor Leste Jadi Tempat Wisata

Pos lintas batas megah itu tak hanya dikunjungi wisatawan Indonesia, namun juga dari Timor Leste.

Baca Selengkapnya