Personil militer (depan) yang diyakini prajurit Rusia berjaga-jaga, deibelakang prajurit Ukraina di luar wilayah unit militer Ukraina di desa Perevalnoye, Simferopol, Ukraina (3/3). Pasukan Rusia telah mengendalikan wilayah Crimea menuntut bahwa awak dua kapal perang Ukraina di pelabuhan Sevastopol itu harus menyerah. REUTERS/David Mdzinarishvili
TEMPO.CO, Washington – Amerika Serikat benar-benar pantang menyerah dalam “menangani” ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Pada Rabu, 12 Maret 2014, waktu Amerika, Presiden Amerika Barrack Obama bertemu Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk di Gedung Putih, Washington.
Jika keputusan tersebut tidak tercapai, Obama mengatakan, “Kami tidak akan mengakui referendum yang berjalan ke dapan.”
Mendapat angin segar dari Amerika, Yatsenyuk juga dengan tegas menuturkan bahwa Ukraina tidak akan menyerah dalam mempertahankan wilayahnya. “Ukraina adalah bagian barat, dan akan tetap menjadi bagian dari dunia barat,” katanya dalam bahasa Inggris.
Sementara itu, dikutip dari Xinhua, menyusul pertemuan ini, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Jumat mendatang. Sejalan dengan pernyataan Obama, Kerry juga tengah berusaha berdiplomasi kepada Rusia mengenai Crimea.
AS, melalui Kerry, akan menawarkan “pilihan-pilihan tertentu” kepada Rusia. Kerry berharap pilihan ini akan memberi harapan baru untuk meredakan situasi di Ukraina serta menghormati integritas dan kedaulatan negara tersebut.