TEMPO Interaktif,
Baghdad: Raja Harun ar-Rasyid selama ini kita kenal sebagai raja dermawan dengan cerita si cerdik Abunawas. Namun, ternyata Harun termasuk raja yang kejam terhadap ulama. Musa bin Ja'far al-Kadzim, dibunuh dengan diracun Raja Harun, gara-gara raja merasatersaingi dengan popularitas dan pengaruh Imam Musa.Imam Musa ditangkap Raja Harun saat berdoa dimakam suci Rasulullah Muhammad SAW di Madinah. Empattahun Musa dipenjara. Pada 25 Rajab 183 Hijriyah,Imam Musa mati diracun. Jenazah Imam Musa dikeluarkan dari penjara dan diletakkan
keleleran diatas jembatan Baghdad. Pengikutnya yang menemukanjenazah itu menguburkannya di pinggiran Baghdad yangkini bernama al-Kadzimiyah.Tempat itulah yang saya kunjungi pada Jumat (4/2). Sekitar 20 menit dari pusat kota Baghdad, jalanmenuju Kadzimiyah melewati, terminal luar kota Irak,stasiun kereta api dan pangkalan angkatan udara. Dari kejauhan sudah tampak dua minaret indah memantulkancahaya keemasan. Dua menara itu menemani kubah yangtak kalah indahnya. Menjelang masuk kawasan itu lalu lintas mulai macet. Agar tak terjebak kemacetan, saya meminta sopir taksi memarkir jauh dari pusat kemacetan. "Mending jalan kaki saja daripada terjebak macet," kataku kepada Ahmad Khalil, sopir asal Palestina yang beberapa hari ini menemaniku.Ahmad memarkir kendaraannnya di depan sebuah hotel.Sebelumnya, ia ingin masuk sebuah tempat parkir yangdijaga seorang pemuda. Tempat parkir dari tanah itu dikelilingi kawat, dan banyak mobil parkir di sana.Namun, karena sang tukang parkir minta kunci mobildiserahkan kepadanya, Ahmad tidak mau. "Tidak ah, Ali Baba (begal)," katanya. Ahmad memarkir kendaraan di dekatsebuah hotel di pinggir jalan.Kami berjalan kaki sekitar satu kilometer, melewati kerumunan mobil dan barisan toko-toko. Mendekati tempat itu, jalan tertutup untuk mobil, polisi bersenjata berjaga-jaga di jalan menuju daerah itu. Pedesterian selebar tiga jalur mobil memang bikin nikmat. Walaupun ada kaki lima disisi kiri dan kanannya tak bikin ruwet jalan. "Sejak Saddam jatuh, mobil dilarang melewati daerah ini," kata Ahmad Khalil. Selain untuk keamanan juga menunjukkan Islam Syiah diam-diam berkuasa untukdaerah tertentu di Irak.Hari Jumat memang penuh penziarah. Suasana sepertisekitar daerah makam Sunan Ampel di Surabaya. Selainada yang salat Jumat juga ada yang sekedar ziarah, seperti saya. Sebelum masuk, seseorang menawarkan sepotong kain warna hijau, Ahmad dan aku mengambilnya, dan ahmad membayar 250 Dinar Irak. Masuk ke areal (selasar) makam yang bebas dari pedagang,tiap orang harus lewat penjagaan dengan cek tubuh yangketat. Jalur perempuan dipisahkan, pemeriksaannya jugatertutup karpet tebal. Handphone juga harus dititipkan. Kamera dan alat fotografi lainnya dilarang. Menjelang masuk kubah, terdapat pintu besar dengan ukiran indah. Para penziarah tampak mencium-cium pintu tersebut, dan saya pun melakukannya mencium. Ternyata aromanya wangi, minyak wangi tanpa alkohol. Beberapa orang tampak hormat takzim menghadap ke pintu dan mencium-cium sepanjang dinding.Masuk gerbang, terdapat areal lagi selebar 20 meter, dengan lantai marmer, beberapa diantaranya diselimuti karpet untuk salat Jumat. Sedangkan tempat wudhu tersedia tak jauh dari tempat itu, dengan kran yang sederhana.Memasuki areal yang lebih dalam, sepatu harusdititipkan. Di pintu berikutnya, para peziarah kembalimembaca doa dan ada juga yang mencium-cium pintu danlantai. Memasuki kawasan makam, saya berdoa dan salat sunnah dua rakaat. Ratusan orang mencium-cium tutup makam yang terdiri dari besi perak. Di dalamnya terkumpul berbagai mata uang dari berbagai bangsa, serta ada juga isi kertas atau kain. Kertas biasa berupa surat, untuk minta sesuatu, terutama minta diajak bisa berada di dalam surga bersama Imam Musa. Di bagian atas, di langit-langit, saya melihat kubah dengan cahaya kristal yang keperak-perakan.Imam Musa diberi gelar al-Kadzim, karena kesabaran dan ketabahannya. Ucapan Imam Musa yang terkenal adalah "Janganlah engkau menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu yang bila engkau tidak mengetahuinya, tidak akan memberi mudharat kepadamu, dan janganlah engkau melalaikan ilmu yang bila engkau tidak memperlajarinya, akan menambah kebodohanmu."Selain Imam Musa, di tempat yang sama juga dikuburkancucunya, Imam Muhammad Al-Jawad. Ia juga mati diracunMu'tasim, Khalifah Abbasiyah, 29 Dzulqaidah 220Hijriyah pada usia 25 tahun. Karena ada makam keramatitu dua, tempat tersebut sering disebut, Jawadain (duaJawad). Sebelumm pulang, saya mengikatkan sepotong kain hijau itu ke makam Imam Musa Al-Kadzim, dengan harapan semoga sayabisa menahan amarah, walaupun dizalimi orang.