Petugas kepolisian dan pemadam kebakaran berada di lokasi terjadinya bom mobil di Haret Hreik, Libanon (21/1). Saksi dan media setempat mengatakan, kubu Hizbullah yang menjadi target berulang serangan bom mobil dalam beberapa bulan terakhir. REUTERS/Khalil Hasan
TEMPO.CO, Beirut – Dua pengebom bunuh diri menargetkan pusat kebudayaan Iran di pinggiran selatan Beirut, Libanon, pada Rabu, 19 Februari 2014. Menurut pernyataan Kementerian Kesehatan, bom yang meledak pada pagi yang sibuk itu menewaskan setidaknya tujuh orang dan melukai lebih dari 100 orang.
Dikutip dari Al Jazeera, ledakan ini dilakukan oleh dua pengebom dari Brigade Abdullah Azzam, yakni sebuah kelompok berafiliasi Al-Qaeda. Lewat akun Twitter-nya, mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
"Kami akan terus menargetkan Iran dan pihaknya di Libanon sampai tuntutan kami tercapai," demikian pernyataan kelompok itu. Sebelumnya mereka telah meminta penarikan pasukan Iran dari Libanon. Selain itu, mereka meminta pembebasan anggota kelompok mereka yang dipenjara di Libanon.
Di antara tujuh korban tewas, seorang di antaranya perwira militer, sedangkan lima lainnya terdiri atas empat warga sipil dan dua pengebom tersebut.
Tayangan televisi menunjukkan mobil pemadam kebakaran dan tentara mengamankan daerah. Sejumlah ambulans juga disiagakan di sana. Beberapa mobil rusak parah akibat ledakan ini. Salah satunya bahkan sampai terbalik.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."