Sri Lanka Tolak Kunjungan Diplomat Perempuan AS  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Rabu, 5 Februari 2014 15:26 WIB

REUTERS/Andrew Caballero-Reynolds

TEMPO.CO, Colombo – Sri Lanka menolak kunjungan Duta Besar Khusus Amerika Serikat bidang Peningkatan Hak-hak Perempuan, Catherine Russell, ungkap Kedutaan Besar AS di Colombo, Selasa, 4 Februari 2014.

Kunjungan tersebut dilakukan Russell menjelang pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB bulan depan. Selain Srilanka, Russell juga diagendakan untuk berkunjung ke India, Pakistan dan Nepal. Russell tetap melawat negara lainnya mulai 4-14 Februari 2014.

Juru bicara Kedubes AS menyesalkan penolakan Colombo untuk memberi visa kepada Russell. Pemerintah Sri Lanka tidak berkomentar mengenai hal tersebut.

“AS akan terus mengangkat isu-isu penting terkait kekerasan berbasis jender, dampak konflik itu kepada keluarga, khususnya perempuan sebagai pemimpin rumah tangga, perlunya pemberdayaan ekonomi yang lebih besar terhadap perempuan dan partisipasi perempuan dalam politik yang lebih besar di seluruh Sri Lanka,” kata juru bicara tersebut.

Penolakan terjadi setelah Asisten Menteri Luar Negeri AS urusan Asia Tengah dan Selatan, Nisha Biswal, mengaku prihatin atas memburuknya situasi hak asasi manusia di Sri Lanka, Sabtu pekan lalu.

Konferensi di akhir kunjungan dua hari ke Sri Langka, Biswal juga mengungkapkan kekhawatiran soal melemahnya peran hukum dan meningkatkan korupsi serta kekebalan hukum di Sri Lanka sejak konflik 37 tahun berakhir Mei 2009.

Sri Lanka membantah tuduhan itu. Utusan AS lainnya, penyelidik kejahatan perang Stephen Rapp, memicu kontroversi bulan lalu dengan mengunjungi bekas-bekas medan pertempuran.

Dalam pidato Hari Kemerdekaan, Selasa lalu, Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mengatakan akan menjadi kejahatan serius jika seseorang mengajukan tuntutan terhadap pemerintahnya atas tindakan di akhir perang sipil yang telah berlangsung selama seperempat abad.

“Itu akan menjadi kemenangan bagi pasukan yang menolak perdamaian di negara ini,” kata Rajapaksa tanpa menyebut negara tertentu. Namun, Amerika Serikat kerap menyatakan frustasi karena tidak ada kemajuan akuntabilitas dan rekonsiliasi setelah perang Sri Lanka. Amerika juga berencana mengajukan resolusi ketiga di Dewan HAM PBB untuk mendesak Sri Lanka.

THE NATION | NATALIA SANTI







Berita lain:
Ahok Curiga Ada Korupsi Miliaran di Sampah
Ini Bocoran Spesifikasi Samsung Galaxy S5
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Ketika Bimbim Slank Temui Ahok Idolanya
Kakek 91 Tahun Jadi Wisudawan di Unpad

Berita terkait

Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina  

13 Mei 2017

Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina  

Sri Lanka tidak mungkin memberikan izin perbaikan kapal selam Cina, mengingat kekhawatiran India.

Baca Selengkapnya

Bunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap

21 Februari 2017

Bunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap

Polisi Sri Lanka menangkap lima anggota intelijen militer yang diduga membunuh editor suratkabar terkemuka negara itu dan jurnalis lainnya.

Baca Selengkapnya

Unjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka  

8 Januari 2017

Unjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka  

Unjuk rasa protes rencana pemerintah Sri Lanka membangun zona industri para investor Cina di atas lahan warga seluas 6,07 hektar.

Baca Selengkapnya

WHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria

5 September 2016

WHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria

Sri Lanka jadi negara kedua yang bebas malaria setelah Maladewa di wilayah kerja WHO kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas  

18 Mei 2016

Tanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas  

Hampir 400 orang dikhawatirkan tewas terkubur tanah longsor, yang dipicu hujan lebat selama tiga hari di Sri Lanka.

Baca Selengkapnya

Batu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka

6 Januari 2016

Batu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka

Batu safir bintang biru yang ditemukan di sebuah tambang dekat Kota Ratnapura, Sri Lanka, bernilai sekitar US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun).

Baca Selengkapnya

Pemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas

31 Juli 2015

Pemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas

Tragedi itu adalah tindakan kekerasan politik besar pertama yang terjadi sebelum pemilihan anggota parlemen.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik  

20 Januari 2015

Sri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik  

Pejabat intelijen India itu diduga mendukung kampanye pemilu oposisi dari balik layar.

Baca Selengkapnya

Hormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana

17 Januari 2015

Hormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana

572 narapidana yang ditangkap karena pelanggaran ringan.

Baca Selengkapnya

Intoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka

13 Januari 2015

Intoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka

Paus dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan umat lintas agama, termasuk perwakilan umat Budha yang moderat.

Baca Selengkapnya