Nelson Mandela, mendaratkan pukulan kepada mantan petinju juara dunia Muhammad Ali saat keduanya menghadiri acara Special Olympics Games 2003 di Dublin. Reuters/Ray McManus
TEMPO.CO, Louisville - Petinju legendaris Muhammad Ali, ikut menyatakan duka yang dalam atas wafatnya mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, Kamis, 5 Desember 2013.
“Saya sangat sedih atas wafatnya Mr. Mandela,” kata Ali, dalam pernyataan yang di-posting di Ali Center.
Ali menyebut Mandela sebagai kehidupan yang penuh dengan tujuan dan harapan, bagi dirinya sendiri, negeri dan dunia.
“Dia menginspirasi yang lain untuk menggapai apa yang tampaknya tidak mungkin dan menggerakkan mereka untuk menerobos hambatan yang menyandera mereka baik secara mental, fisik, sosial dan ekonomi,” tambah dia.
“Dia membuat kita menyadari, kita adalah pelindung saudara-saudara, dan bahwa saudara-saudara kita datang dari berbagai warna,” ujar dia.
“Apa yang saya akan kenang dari Mr. Mandela adalah dia seorang pria yang hati, jiwa dan semangatnya tidak bisa dikekang atau dikendalikan oleh ketidakadilan ras dan ekonomi, jeruji besi atau beban kebencian serta balas dendam,” kata Ali.
“Dia mengajarkan kita pengampunan dalam skala yang sangat besar. Dia adalah jiwa yang terlahir bebas, dan ditakdirkan untuk melambung di atas pelangi. Hari ini, semangatnya melambung jauh melintasi surga. Dan kini, selamanya dia bebas.”
Muhammad Ali bertemu Mandela dua kali. Pertama di Afrika Selatan, dan kedua di Amerika Utara.