TEMPO.CO, Washington - Penutupan sebagian besar layanan instansi federal Amerika Serikat mulai berdampak ke lantai bursa. Indeks Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 120 poin, atau hampir 1 persen, dan dua indeks utama lainnya juga ditutup melemah.
"Di antara isu-isu ekonomi utama yang terpengaruh penutupan itu adalah keterlambatan dalam pemrosesan aplikasi KPR dan potensi kerugian dari belanja pemerintah yang membantu menopang perekonomian," kata Christine Romans, host acara Your Money di CNN. "Ekonomi saat ini sangat terkait dengan pengeluaran pemerintah dan kontrak-kontrak pemerintah, sehingga bisa memiliki efek riak di seluruh lini utama."
Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk tak buka kantor mulai pukul 00.01 setelah anggota parlemen di Kongres dan Senat tak menyetujui anggaran belanja negara. Kedua belah pihak bertengkar dan saling menyalahkan selama lebih dari seminggu terkait Obamacare, model jaminan kesehatan yang ditawarkan pemerintah Obama. Kubu Republik bersikeras anggaran belanja termasuk amandemen anti-Obamacare, hal yang tak disetujui kubu Demokrat di Senat.
Mulai hari ini, hanya karyawan federal yang tugasnya esensial yang akan masuk kerja. Selebihnya, sekitar 800 ribu pegawai federal akan menjalani cuti tanpa batas waktu.
Tak beroperasinya layanan pemerintah kali ini adalah yang pertama sejak 17 tahun. Penutupan sebelumnya pernah terjadi pada era kepresidenan Bill Clinton, yang dipicu oleh tarik-menarik anggaran antara dia dan Partai Republik di Kongres yang berlangsung selama 21 hari.
CNN | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya