Code Pink Unjuk Rasa Anti-Serangan AS ke Suriah

Reporter

Editor

Abdul Manan

Kamis, 5 September 2013 12:19 WIB

John Kerry. AP/Moises Castillo

TEMPO.CO, Washington - Pengunjuk rasa dengan simbol Tangan Bernoda Merah berunjuk rasa anti-perang dengan aksi melambaikan tangan secara sporadis beberapa jam, Rabu, 4 September 2013. Aksi diam ini dilakukan dengan duduk di belakang pejabat pemerintahan Barack Obama, yang sedang melobi anggota Parlemen untuk menyetujui serangan militer ke Suriah.

Aksi diam, yang dipimpin oleh kelompok anti-perang Code Pink, melibatkan sekitar 10 aktivis. Tapi jumlah yang tak terhitung di seluruh dunia melihatnya karena unjuk rasa itu berlangsung selama sidang Senat yang disiarkan televisi.

Para demonstran mengatakan, warna merah mewakili darah yang akan berada di tangan Menteri Luar Negeri John Kerry jika Kongres menyetujui serangan militer.

Amerika berdalih serangan militer ini sebagai pembalasan terhadap pemerintah Basar al-Assad, yang menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri Agustus lalu.

"John Kerry-diplomasi, bukan perang," demikian tertulis pada spanduk yang dipegang oleh Medea Benjamin, salah satu pendiri Code Pink--organisasi yang dibentuk satu dekade lalu untuk menentang invasi Amerika Serikat ke Irak.

Benjamin mengatakan, pada sidang yang sama pada hari Selasa, 3 September 2013, ia ditangkap dan didakwa karena mengganggu ketertiban sebab berteriak "Rakyat Amerika tidak mau perang lagi".

Pada sidang dengar pendapat, Rabu, 4 September 2013, di depan Komite Hubungan Luar Negeri DPR, Benjamin tetap diam sambil terus melambaikan tangannya yang bernoda merah.

Kerry menyinggung pertanyaan para pengunjuk rasa selama memberi kesaksian di DPR. Sebelum memasuki ruang Senat, ada seseorang yang berdiri di belakangnya menyampaikan aspirasi. Kata Kerry, dia berkata, "Tolong jangan bawa kami ke dalam perang. Jangan membawa kami ke perang lainnya."

"Biar saya perjelas. Kami tidak meminta Amerika untuk pergi berperang," kata Kerry, yang telah berjanji bahwa serangan militer Amerika ini tidak akan melibatkan pasukan darat.

"Bila Anda melontarkan rudal ke negara lain, itu adalah perang," kata Benjamin, yang bersama demonstran lainnya duduk beberapa baris di belakang Kerry dan pejabat pemerintahan Obama yang lain.

Demonstran lainnya, Diane Wilson, mantan petugas kesehatan Angkatan Darat Amerika Serikat selama Perang Vietnam, mengatakan sidang ini mengingatkannya pada situasi tahun 2002 ketika dia dan demonstran lainnya datang ke Kongres untuk menentang rencana pemerintahan George W. Bush untuk perang terhadap Irak.

REUTERS | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya