Bisakah Kamera Pengintai Cegah Aksi Pengeboman?

Reporter

Editor

Abdul Manan

Selasa, 23 April 2013 11:17 WIB

Ilustrasi kamera pengintai. Sxc.hu/Anja Ranneberg

TEMPO.CO, Boston - Bom Boston, yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 170 lainnya pada Senin lalu, 15 April 2013, tak hanya mengingatkan Amerika Serikat tentang bahaya teror yang datang dari dalam negeri. Anggota Kongres dan Senat menyebut peristiwa itu sebagai momentum untuk memperbanyak kamera pengintai di negara ini.

"Kesuksesan dan masifnya upaya penegakan hukum untuk mendapatkan video guna membantu mengidentifikasi tersangka dalam pengeboman Boston menunjukkan perlunya lebih banyak kamera pengintai pemerintah," kata anggota Kongres Amerika Serikat, Peter King, kepada NBC News.

Sejumlah kota di Amerika memang sudah memiliki CCTV. "Tapi negara ini membutuhkan kamera video lebih banyak di tempat umum," kata King, yang juga membidangi masalah keamanan dalam negeri ini. "Ini akan membuat kita selalu berada di depan teroris, yang terus mencoba membunuh kita."

Senator Lindsey Graham mengatakan kepada Washington Post bahwa pengeboman Boston merupakan bukti di dalam negeri kini merupakan "medan perang". Ia menyarankan, akan lebih baik jika Amerika memiliki pesawat tak berawak drone "di atas sana" untuk membantu melacak para tersangka, seperti Tsarnaev bersaudara: Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev.

Tamerlan dan Dzhokhar adalah tersangka kasus pengeboman saat pertandingan lari maraton di Boston, Senin pekan lalu. Perburuan terhadap keduanya dibantu oleh kamera CCTV di sekitar lokasi ledakan, yang memudahkan aparat keamanan untuk mengenali mereka. Tamerlan tewas tertembak saat kontak senjata dengan polisi Kamis lalu, sementara Dzhokhar tertangkap keesokan harinya.

Lalu, berapa banyak kamera yang sudah ada saat ini dan berapa banyak yang harusnya ada? Tak mudah untuk mencari data berapa banyak kamera yang dioperasikan oleh pemerintah Amerika. Saat NBC News meminta data kepada Departemen Keamanan Dalam Negeri, mereka menyarankan untuk menanyakannya kepada negara bagian masing-masing. Menurut sebuah studi, dalam satu dekade terakhir ini, ada sekitar 30 juta kamera pengintai yang terjual.

Mantan kepala kepolisian Redlands, California, Jim Bueermann, mengatakan, penggunaan kamera pengawas di sektor swasta memang sangat umum. Tapi, kata dia, penggunaan CCTV oleh pemerintah tidak masif karena alasan biaya.

American Civil Liberties Union (ACLU) menyebutkan, Chicago memiliki 10 ribu kamera, dan dianggap sebagai jaringan pemantauan perkotaan terbesar. Jaringan kamera pengintai yang direncanakan di New York, termasuk di sekitar World Trade Center di Manhattan, sekitar 3.000 kamera. Di Boston, hanya terdapat 300 kamera yang dioperasikan pemerintah.

Hanya, penambahan kamera pengintai bukan jaminan bahwa peristiwa pengeboman tak terulang. Inggris adalah salah satu contohnya. Inggris dikenal sebagai negara yang paling banyak memiliki kamera pengintai: 2 juta kamera atau sekitar satu untuk setiap 32 orang. Menurut penulis intelijen, Thomas Gordon, hingga tahun 2007, pemerintah Inggris mengalokasikan lebih dari 500 juta pound sterling untuk memasang 4,2 juta kamera, alias seperempat dari total seluruh kamera CCTV di seluruh dunia.

"London adalah salah satu kota yang paling banyak diawasi dengan kamera CCTV, dari angkutan umum ke tempat-tempat utama dan jalan-jalan kecil," kata Nick Pickles, Direktur Big Brother Watch, sebuah kelompok kebebasan sipil Inggris. Tapi, kata dia, bejibunnya CCTV itu tak bisa mencegah kerusuhan tahun 2011 atau pengeboman serentak di London tahun 2005.

Pengeboman 7 Juli 2005, yang dikenal sebagai peristiwa 7/7, adalah serangkaian serangan bom bunuh diri terkoordinasi di London. Tiga bom berurutan meledak di kereta bawah tanah dan satu di bus di Tavistock Square. Lima puluh dua warga sipil dan empat pengebom tewas dalam serangan itu, dan lebih dari 700 lainnya luka-luka.

Selain soal efektivitas, yang juga dipersoalkan dari kamera pengintai adalah bahayanya bagi privasi. "Peristiwa tragis di Boston Marathon adalah contoh yang baik tentang bagaimana teknologi ini dapat digunakan secara efektif dan terbatas," kata Amie Stepanovich, Direktur Electronic Privacy Information Center's Domestic Surveillance Project.

Namun, ia mengatakan, kelompok pendukung hak privasi khawatir bagaimana video itu digunakan secara pantas. ACLU dan sejumlah organisasi pernah mengajukan gugatan tahun 2011 kepada Departemen Kepolisian Boston. Dalam dokumen yang mereka dapatkan, pengintaian yang dilakukan polisi antara tahun 2007 dan 2010 ternyata ditujukan kepada pengunjuk rasa, bukan penjahat atau teroris.

NBC NEWS | WIKIPEDIA | ABDUL MANAN

Berita terkait

Ledakan di Stasiun Kereta Bawah Tanah London, 29 Orang Terluka  

16 September 2017

Ledakan di Stasiun Kereta Bawah Tanah London, 29 Orang Terluka  

Polisi terus menyelidiki ledakan di stasiun kereta bawah tanah Parson Green, di barat daya London.

Baca Selengkapnya

Level Radiasi di China Naik, Diduga Akibat Uji Coba Bom Korut

7 September 2017

Level Radiasi di China Naik, Diduga Akibat Uji Coba Bom Korut

Para Ilmuwan China mendeteksi adanya peningkatan radiasi yang kecil namun berkala di daerah perbatasan dengan Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Pakistan Dihantam Ledakan Bom, 15 Tewas

13 Agustus 2017

Pakistan Dihantam Ledakan Bom, 15 Tewas

Sebuah ledakan bom menghantam pasar di Kota Quetta, Provinsi Balochistan, Pakistan, menewaskan sedikitnya 15 orang

Baca Selengkapnya

Komandan ISIS di Turki Kirim Komponen untuk Bom Pesawat Australia

4 Agustus 2017

Komandan ISIS di Turki Kirim Komponen untuk Bom Pesawat Australia

Wakil Kepala Kepolisian Federal Michael Phelan menyebut rencana itu sebagai tindakan paling canggih yang pernah dicoba ISIS di Australia

Baca Selengkapnya

Korban Bom Mobil Kabul Bertambah Menjadi 90 Orang

1 Juni 2017

Korban Bom Mobil Kabul Bertambah Menjadi 90 Orang

Korban bom mobil Kabul yang mengguncang zona diplomatik Afganistan Rabu lalu bertambah menjadi 90 orang sementara 400 orang lainnya terluka.

Baca Selengkapnya

Ada Teror Bom di Afghanistan, KBRI Minta WNI Waspada  

31 Mei 2017

Ada Teror Bom di Afghanistan, KBRI Minta WNI Waspada  

Pemerintah Indonesia mengutuk serangan bom yang terjadi di dekat kompleks diplomatik di Kabul, Afganistan, pada Rabu, 31 Mei 2017, waktu setempat.

Baca Selengkapnya

Serangan Bom Mobil di Afganistan, 80 Orang Tewas, 350 Orang Luka

31 Mei 2017

Serangan Bom Mobil di Afganistan, 80 Orang Tewas, 350 Orang Luka

Kementerian Kesehatan Afghanistan mengatakan sedikitnya 80 orang tewas dan 350 lainnya terluka dalam seragan bom mobil di Afganistan Rabu, 31 Mei 2017

Baca Selengkapnya

Bom Meledak di Rumah Sakit Militer di Bangkok, 24 Orang Terluka

22 Mei 2017

Bom Meledak di Rumah Sakit Militer di Bangkok, 24 Orang Terluka

Bom meledak di rumah sakit militer Phramongkutklao di Bangkok, Thailand yang melukai 24 orang.

Baca Selengkapnya

Bom Gereja di Mesir, 25 Orang Tewas

12 Desember 2016

Bom Gereja di Mesir, 25 Orang Tewas

Teror bom melanda sebuah gereja di Mesir. Korban kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Baca Selengkapnya

Bom Kembar Meledak di Obyek Wisata Thailand, Satu Orang Tewas

12 Agustus 2016

Bom Kembar Meledak di Obyek Wisata Thailand, Satu Orang Tewas

Salah satu titik ledakan kembar tersebut merupakan lokasi santai favorit Raja Thailand Bhumibol Adulyadej.

Baca Selengkapnya