TEMPO.CO, Boston - FBI pada hari Kamis merilis foto dan video dua pria yang diduga sebagai tersangka dalam pemboman mematikan di Boston Marathon. Mereka meminta bantuan masyarakat untuk menguak identitasnya.
Kedua orang itu difoto berjalan bersama di dekat garis finish lomba maraton sebelum ledakan terjadi, yang menewaskan tiga orang dan melukai sekitar 180 orang lainnya. "Seseorang di luar sana tahu orang-orang ini," kata agen FBI.
Satu dari dua tersangka terlihat meninggalkan ransel di lokasi bom, FBI mengatakan. Keduanya berjalan menyusuri Boylston Street dekat garis finish dalam jarak dekat.
Pria yang diidentifikasi sebagai "Tersangka 2" terlihat menurunkan ransel di lokasi ledakan kedua "dalam beberapa menit" dari ledakan pertama, kata Agen Khusus Rick Deslauriers, kepala kantor FBI di Boston. "Pasti ada yang tahu orang-orang ini sebagai teman, tetangga, rekan kerja, atau anggota keluarga dari tersangka," kata Deslauriers. "Dan meskipun mungkin sulit, bangsa ini mengandalkan mereka untuk memberi informasi."
Ia mengingatkan bahwa laki-laki ini berkeliaran, bersenjata, dan "sangat berbahaya."
"Tidak ada yang harus mendekati mereka. Tidak ada yang harus mencoba untuk menangkap mereka kecuali penegakan hukum," katanya. Siapapun dengan informasi dimohon menelepon nomor bebas pulsa 800-CALL-FBI (800-225-5324).
Secara khusus, Deslauriers meminta bantuan dari siapa pun yang berdiri di depan restoran Forum, di mana pemboman kedua terjadi, untuk turut memberi informasi.
Tersangka 1 terlihat mengenakan baju berwarna terang dan jaket berwarna gelap dan memakai topi baseball gelap. Sedang Tersangka 2 mengenakan kaus bertudung warna terang, jaket hitam, dan topi baseball putih yang dikenakan terbalik ke belakang.
CNN | TRIP B
Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Kasus Cebongan
Baca juga:
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Penghuni Waduk Pluit yang Digusur Punya Mobil
Atasi Preman, Pedagang Terminal Jadi Mata-mata
Kakak Anggota DPR Dirampok, Rp 2 Miliar Amblas
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya