TEMPO.CO, Chicago - Sekitar 130 guru di Chicago, Amerika Serikat, dan para pendukungnya ditahan polisi. Mereka menggelar protes menolak penutupan 54 sekolah di kota itu. Dalam sebuah unjuk rasa yang diikuti ratusan orang ini, ketua Serikat Guru Chicago mengatakan penutupan sekolah memiliki unsur 'rasisme'.
Walikota Chicago Rahm Emanuel sebelumnya mengatakan kebijakan penutupan terpaksa dilakukan untuk memangkas anggaran sekolah sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9,7 triliun. Emanuel yang juga dikenal sebagai mantan penasihat senior Presiden Barack Obama mengatakan pemangkasan itu akan menghemat sebesar US$ 560 juta atau Rp 5,6 triliun selama 10 tahun.
Tetapi serikat guru menyebut penutupan sekolah bukan bagian dari kesepakatan penyelesaian masalah seperti yang disampaikan Walikota Emanuel. Penutupan ini dinilai akan mempengaruhi kawasan minoritas, dan dikhawatirkan para siswa yang sekolahnya ditutup akan melintasi jalur geng kriminal untuk menuju sekolah baru mereka.
''Jangan berpura-pura bahwa ketika Anda menutup sekolah di kawasan Selatan dan Barat yang akan terpengaruh bukan siswa berkulit hitam,'' kata Karen Lewis, presiden Serikat Guru Chicago, sebagaimana dilansir dari situs BBC. ''Jangan berpura-pura dengan menyatakan itu bukan rasisme.''
Seperti yang dilaporkan media setempat, polisi di kota Ilinois menangkap dan mendenda 127 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi ini. Penangkapan ini merupakan pertikaian terbaru diantara kedua belah pihak setelah sebelumnya serikat guru juga memprotes terkait masalah kontrak kerja.
Serikat Guru Chicago pada saat itu menggelar tujuh hari aksi mogok di bulan September menyusul kebijakan evaluasi gaji guru yang diberlakukan dewan kota.
BBC | AMIRULLAH
Berita terpopuler lainnya:
PBSI Optimistis Indonesia Bisa Kalahkan Cina
Asyiknya Mengamati Stalaktit Gua Pindul
Duet Istimewa Ariel dan Reza
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya