PBB: Operasi Drone AS Langgar Kedaulatan Pakistan

Reporter

Editor

Abdul Manan

Jumat, 15 Maret 2013 23:00 WIB

Pesawat intai nirawak Israel, Heron. armybase.us

TEMPO.CO, Islamabad - Tim PBB yang menyelidiki korban serangan drone AS di Pakistan menyatakan, serangan pesawat tanpa awak itu melanggar kedaulatan Pakistan. Ben Emmerson, pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia dan kontra-terorisme mengatakan, pemerintah Pakistan menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak menyetujui serangan itu.

Presiden AS Barack Obama meningkatkan serangan pesawat tanpa awak dengan menargetkan Al-Qaeda dan militan Taliban di wilayah suku Pakistan di sepanjang perbatasan Afghanistan, sejak ia menjabat pada tahun 2009. Serangan itu telah menimbulkan kontroversi karena kerahasiaan program itu dan jatuhnya korban sipil yang signifikan.

Menurut Emmerson, dalam surat elektronik ke kantor berita Associated Press (AP), Jumat 15 Maret 2013, pemerintah Pakistan telah mengkonfirmasi setidaknya 400 warga sipil yang mati oleh drone di wilayahnya.

Imtiaz Gul, dari Pusat Penelitian dan Studi Keamanan, yang membantu tim Emmerson mengatakan, organisasinya memberikan studi kasus 25 serangan drone yang diduga membunuh warga sipil. Tim Emmerson di Pakistan selama tiga hari dan berakhir Rabu, 13 Maret 2013. Kunjungan itu dirahasiakan sampai Emmerson meninggalkan Pakistan

Penyelidikan PBB ini diluncurkan sejak Januari dan diharapkan dapat memberikan kesimpulan Oktober.

AS jarang membahas serangan di depan umum karena sifat rahasia operasi yang dijalankan dinas rahasia AS CIA ini. Tetapi, para pejabat AS secara tertutup mengatakan bahwa serangan itu telah menyebabkan korban sipil sangat sedikit. Penyelidikan AP tahun 2012 terhadap 10 dari serangan drone di Pakistan baru-baru ini menemukan bahwa sebagian besar dari korban serangan adalah militan, tetapi ada warga sipil juga yang terbunuh.

Para pejabat Pakistan teratur mengkritik serangan drone itu di depan umum sebagai pelanggaran kedaulatan negara, posisi yang populer di negara yang sentimen anti-Amerika-nya sedang naik. Namun, kenyataan di masa lalu lebih rumit dari apa yang terlihat saat ini.

Selama bertahun-tahun, Pakistan mengizinkan pesawat tak berawak AS lepas landas dari pangkalan-pangkalan di dalam negeri. Dokumen yang dirilis oleh WikiLeaks tahun 2010 menunjukkan, pejabat senior Pakistan senior menyetujui serangan itu secara tertutup, meski pada saat yang sama mereka mengutuknya di depan umum.

Kerjasama dua negara ini memang naik turun. Pada tahun 2011, Pakistan mengusir AS keluar dari sebuah pangkalan udara di barat daya negara itu yang biasa digunakan oleh pesawat Amerika. Aksi ini sebagai pembalasan atas serangan udara AS yang menewaskan 24 tentara Pakistan.

Namun para pejabat AS dalam keterangan secara tertutup mengatakan, kerjasama dua negara belum berakhir sama sekali. Perwira militer kunci Pakistan dan politisi sipil terus menyetujui serangan.

Emmerson mengatakan, posisi pemerintah Pakistan cukup jelas soal serangan drone itu. "Mereka tidak menyetujui penggunaan drone oleh Amerika Serikat di wilayahnya dan menganggap ini sebagai pelanggaran kedaulatan Pakistan dan integritas teritorial," kata Emmerson. Pakistan mengklaim serangan drone itu meradikalisasi generasi baru kelompok militan dan menganggap mereka bisa memerangi ekstremisme itu sendiri.

Alasan utama AS meningkatkan serangan menggunakan pesawat tak berawak di Pakistan karena negara ini dinilai gagal meyakinkan pemerintah AS untuk menargetkan militan Taliban. AS menyebut kelompok ini menggunakan wilayah Pakistan untuk meluncurkan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan Amerika di Afghanistan.

Emmerson bertemu dengan beberapa pejabat Pakistan selama kunjungannya, serta pemimpin suku dari daerah suku Waziristan Utara dan penduduk setempat yang mengklaim terluka oleh serangan itu. Waziristan menjadi target utama serangan drone.

"Sudah saatnya bagi masyarakat internasional untuk memperhatikan keprihatinan Pakistan dan memberikan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Pakistan itu ruang, dukungan, dan bantuan yang dibutuhkan untuk memberikan perdamaian abadi di wilayahnya sendiri tanpa campur tangan militer secara paksa oleh negara-negara lain," kata Emmerson.

The Daily Star Lebanon | Abdul Manan

Berita terkait

Taliban Luncurkan Majalah untuk Rekrut Wanita di Pakistan  

8 Agustus 2017

Taliban Luncurkan Majalah untuk Rekrut Wanita di Pakistan  

Taliban di Pakistan meluncurkan majalah propaganda untuk merekrut wanita bergabung dengannya.

Baca Selengkapnya

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, Mundur dari Jabatannya

29 Juli 2017

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, Mundur dari Jabatannya

Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengundurkan diri dari jabatannya pada, Sabtu, 29 Juli 2017.

Baca Selengkapnya

Fontgate, Skandal Dokumen Palsu yang Seret Putri PM Pakistan

13 Juli 2017

Fontgate, Skandal Dokumen Palsu yang Seret Putri PM Pakistan

Diduga membuat dokumen palsu untuk menutupi keterlibatan dalam Panama Papers, Maryam Nawaz, putri Perdana Menteri Pakistan dirisak di Twitter

Baca Selengkapnya

Truk Pengangkut BBM Meledak, Korban Tewas Jadi 153 Orang

26 Juni 2017

Truk Pengangkut BBM Meledak, Korban Tewas Jadi 153 Orang

Korban tewas akibat ledakan truk pengangkut BBM di jalan raya Pakistan bertambah menjadi 153 orang, termasuk wanita dan anak-anak.

Baca Selengkapnya

Bom Mirip Mainan Meledak, 6 Anak Pakistan Tewas  

26 Juni 2017

Bom Mirip Mainan Meledak, 6 Anak Pakistan Tewas  

Sebuah bom yang menyerupai mainan meledak di barat laut Pakistan. Akibatnya, enam anak tewas.

Baca Selengkapnya

Truk Pengangkut BBM Meledak, 123 Orang Tewas di Pakistan

25 Juni 2017

Truk Pengangkut BBM Meledak, 123 Orang Tewas di Pakistan

Sekitar 123 orang tewas dalam sebuah ledakan truk pengangkut bahan bakar di jalan raya di Pakistan.

Baca Selengkapnya

Lukai Bocah, Anjing di Pakistan Dihukum Mati  

19 Mei 2017

Lukai Bocah, Anjing di Pakistan Dihukum Mati  

Seekor anjing di Pakistan dihukum mati setelah dinyatakan bersalah menggigit seorang anak.

Baca Selengkapnya

Diketahui Lewat Surat, Putra Osama Bin Laden Siap Pimpin al-Qaeda

13 Mei 2017

Diketahui Lewat Surat, Putra Osama Bin Laden Siap Pimpin al-Qaeda

Ibu Hamza meminta putranya mengikuti jejak ayahnya.

Baca Selengkapnya

India Larang Saluran TV Zakir Naik karena Dianggap Ilegal

8 Mei 2017

India Larang Saluran TV Zakir Naik karena Dianggap Ilegal

Salah satu yang diblokir oleh pemerintah India adalah saluran televisi milik pendakwah Islam kontroversial kelahiran India, Zakir Naik.

Baca Selengkapnya

Pakistan Hukum Gantung Empat Milisi Taliban

3 Mei 2017

Pakistan Hukum Gantung Empat Milisi Taliban

Keempat milisi Taliban diadili di pengadilan militer Pakistan karena terlibat terorisme.

Baca Selengkapnya