Aktris Angelina Jolie sebagai utusan dari PBB dalam masalah pengungsian saat berbicara dengan warga Suriah yang mengungsi di Lembah Bekaa, Lebanon pada bulan September, 2012. REUTERS/UNHCR/Jason Tanner/Handout
TEMPO.CO, Beirut - Perdana Menteri Libanon, Najib Mikati, menyerukan kepada negara-negara Arab agar membantu Libanon guna mengatasi meningkatnya banjir pengungsi Suriah di negaranya.
Mikati mengatakan, Libanon membutuhkan dana sedikitnya US$ 370 juta (Rp 3,6 triliun) guna mengatasi kondisi sekarang ini.
Dia menjelaskan, rumah sakit dipenuhi warga Suriah dalam keadaan sakit dan terluka akibat perang saudara di sana. "Seluruh dokter berjuang mengatasi penyakit yang diderita sekitar 340 ribu pengungsi."
Libanon, ujar Makati, juga dihadapkan pada masalah meningkatnya kejahatan. Makati menerangkan, 700 warga Suriah ditangkap karena melakukan pelanggaran hukum pada Januari 2013. Menurut dia, mengalirnya pengungsi Suriah ke Libanon juga menimbulkan masalah sosial, termasuk pernikahan dini.
"Kami saat ini benar-benar dihadapkan pada masalah kritis," ujar Makati kepada kantor berita Reuters dalam sebuah wawancara.
"Kami butuh bantuan. Libanon menanggung beban dari konflik di Suriah," kata Makati. "Kami meminta kepada negara-negara Arab agar mereka segera memberikan dukungan dan simpati kepada Libanon."
Negara-negara donor, termasuk negara-neara Arab Teluk kaya, telah berjanji menyiapkan dana sebesar US$ 1,5 miliar (Rp 14,6 triliun) untuk pengungsi dan warga Suriah yang kehilangan tempat tinggal, tetapi dua Menteri Libanon, Menteri Sosial dan Menteri Kesehatan, mengaku kepada Reuters, Selasa, 12 Maret 2013, bahwa mereka tidak menerima bantuan tersebut.