TEMPO.CO, Washington - Senat Amerika Serikat akhirnya menyetujui penominasian John Brennan sebagai kepala Dinas Intelijen CIA (Central Intelligence Agency), Kamis, 7 Maret 2013. Konfirmasi persetujuan ini mengakhiri pencalonannya yang alot karena terganjal oleh gugatan sejumlah Senator soal penggunaan pesawat tanpa awak (drone) yang menargetkan warga Amerika di tanah airnya sendiri.
Melalui pemungutan suara 63-34, mantan kepala kontra-terorisme Barack Obama itu akhirnya direstui untuk memimpin dinas intelijen. Ia menggantikan David Howell Petraeus, yang mundur karena skandal perselingkuhan.
Brennan pernah bertugas selama 25 tahun di CIA, sebelum akhirnya mundur pada tahun 2005 di tengah kritik keras terhadap teknik interogasi dan penyiksaan yang dilakukan dinas rahasia itu dalam penanganan kasus terorisme. Karier Brennan di CIA antara lain pernah menjadi analis Asia Selatan dan Timur Dekat, kepala kantor CIA di Saudi Arabia, dan Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional.
Nominasi pencalonan Brennan memang diprediksi sulit sejak awal karena ia akan menghadapi sejumlah pertanyaan, termasuk soal dukungannya terhadap teknik interogasi dan penyiksaan yang dipakai CIA semasa pemerintahan Bush. Kekhawatiran itu terbukti dengan banyaknya pertanyaan soal tersebut selama dengar pendapat di Senat.
Namun, pengganjal terbesar pencalonannya adalah soal program penggunaan pesawat tanpa awak CIA di masa pemerintahan Obama. Sidang konfirmasinya sempat tertunda karena Senat meminta Obama memberikan sejumlah dokumen terkait dengan program drone yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk Yaman, Afganistan, dan Pakistan.
Washington Post | Abdul Manan
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya