Daerah yang hancur karena Tsunami di Kesennuma, prefektur Miyagi, dalam foto yang diambil pada 15 Maret 2011 (atas) dan 6 Maret 2012. REUTERS/Kyodo
TEMPO.CO, Jepang - Bencana tsunami yang melanda timur laut Jepang dua tahun lalu masih meninggalkan trauma bagi banyak korbannya. Mereka mengaku kerap melihat hantu atau sesuatu di luar alam nyata dengan frekuensi penampakan lebih sering dari sebelumnya.
Setelah psikiater tak mampu mengusir trauma mereka, kini mereka beralih ke paranormal. Di puing-puing bekas bangunan yang hancur, para paranormal ini kini membuka praktik. 'Pasien' mereka mengular hampir tiap hari.
Shinichi Yamada, seorang warga, lolos dari gelombang yang menghancurkan rumahnya setelah 'diselamatkan' oleh dua patung Buddha dari reruntuhan. Sejak itu ia mengaku hal-hal aneh mulai terjadi. "Beberapa kali ketika aku sedang berbaring di tempat tidur, aku merasa sesuatu berjalan di depanku, melangkah di dadaku," kata Yamada pada Reuters.
Menurut kantor berita itu, beda dengan citra Jepang sebagai negara maju, warganya sangat percaya pada takhayul. Hantu tsunami adalah cerita yang umum di daerah-daerah yang terkena dampai tsunami 2011.
Kansho Aizawa, seorang paranormal, menyatakan hantu banyak berkeliaran pasca-tsunami. Ia menceritakan, salah satu pasiennya adalah sopir taksi yang mengaku pernah mengangkut penumpang gaib.
Benarkah hantu yang mereka temui? Pakar psikologi tak sependapat. "Mereka umumnya mengaku melihat hantu di daerah-daerah yang wilayahnya betul-betul tersapu oleh tsunami," kata Keizo Hara, seorang psikiater di kota Ishinomaki, salah satu daerah yang paling parah dilanda gelombang yang dipicu oleh gempa bumi di lepas pantai itu. Ia sendiri tak meyakini betul-betul hantu yang mereka lihat. "Apa yang mereka rasakan adalah reaksi terhadap rasa takut setelah bencana 11 Maret 2011, di mana hampir 19 ribu orang tewas. Fenomena seperti penampakan hantu mungkin proyeksi teror mental dan kekhawatiran terkait dengan tempat-tempat itu."
Hara mengatakan pasca-traumatic stress disorder (PTSD) mungkin telah muncul pada banyak orang. "Jepang kini menghadapi gelombang stres yang berhubungan dengan masalah itu," katanya.
