'Listening Tour' Menteri Luar Negeri AS  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 25 Februari 2013 22:50 WIB

John Kerry. REUTERS/Hyungwon Kang

TEMPO.CO, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memulai lawatan pertamanya sebagai diplomat utama Amerika pada Ahad lalu. Jadwalnya padat. Dalam 11 hari, veteran Senator AS yang membidangi hubungan luar negeri ini akan mengunjungi sembilan negara. Dia mengawali kunjungannya ke Eropa, setelah itu ke Timur Tengah.


Empat tahun lalu, pendahulunya, Hillary Clinton, melakukan lawatan pertamanya ke timur sebagai bagian dari visi Presiden AS Barack Obama yang ingin menciptakan 'poros Asia'. Kini, dengan memilih Eropa sebagai tujuan pertama lawatannya, Kerry mengirimkan sinyal terang bahwa kawasan ini penting bagi Washington.


Ada sejumlah hal yang membuat Uni Eropa mendapatkan perhatian utama Kementerian Luar Negeri AS. Pemerintahan Obama membutuhkan bantuan dan dukungan negara di kawasan ini untuk menghentikan program nuklir Iran, serta membantu oposisi di Suriah - yang sedang berjuang menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad.


Sebelum Kerry bertolak dari Washington, ia sudah merasakan sinyal awal kekacauan dari Suriah. Ahad lalu, Koalisi Oposisi Suriah marah karena dunia internasional tak beraksi saat tentara Pemerintah Suriah menyerang Aleppo. Mereka mengancam akan memboikot pertemuan di Roma, Italia, yang juga akan dihadiri Kerry. Menjawab ancaman oposisi itu, Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan mengutuk keras serangan itu. Selain ke Suriah, Kerry juga akan mengunjungi Mesir yang belakangan ini sedang diguncang aneka protes anti-pemerintah, selain harus berjibaku menghadapi masalah ekonomi di dalam negeri.


Namun Kementerian Luar Negeri menyatakan dalam perjalanan ini Kerry diperkirakan tak akan membuat skema kebijakan baru. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan, "Dia mencirikan perjalanan ini sebagai 'listening tour' (lawatan untuk mendengarkan)."


Advertising
Advertising

Ada sejumlah alasan untuk optimistis bahwa Kerry akan memberikan arah berbeda dari kebijakan luar negeri AS. Sewaktu berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague bulan lalu di Washington, Kerry mengatakan AS perlu menunjukkan kepemimpinan baru di Timur Tengah dan memperingatkan bahwa harapan untuk solusi dua-negara Israel/Palestina bisa menyelinap pergi.


Ada harapan bahwa Kerry akan mengalami nasib berbeda dengan pendahulunya, Clinton. Menurut sejumlah diplomat Barat, Clinton tidak pernah bisa menentukan sendiri kebijakan-kebijakan yang signifikan. "Barack Obama adalah presiden yang paling mengontrol kebijakan luar negerinya sejak era Richard Nixon," kata Aaron David Miller, mantan penasihat urusan Timur Tengah sejumlah Menteri Luar Negeri AS.


Kabar yang beredar di Washington, Kerry mengisyaratkan bahwa dia tidak akan menerima jabatan menteri luar negeri tanpa jaminan dia diperbolehkan memimpin inisiatif soal isu internasional, yang sebelumnya tak diberikan kepada Clinton. Analis dari Foreign Policy, Jonathan Schanzer, meragukan Kerry bisa mendapatkannya. "Saya tidak melihat dia mengubah kebijakan atau memimpin Amerika dalam arah kebijakan yang baru. Dia akan menjadi utusan seperti halnya Hillary Clinton."


Yang lain berpendapat bahwa terlalu dini untuk menilai Kerry. Kolega Kerry juga punya harapan bahwa Obama akan memberi kewenangan lebih luas yang memungkinkannya mendapatkan angka atas keberhasilannya di panggung internasional. Peluang ini dinilai terbuka karena di periode kedua pemerintahannya ini Obama juga membagi tugas lebih besar kepada wakilnya, Joe Biden, yang kini menjadi penasihatnya dalam isu kontrol senjata.


Apapun, mata dunia akan tertuju pada Kerry selama perjalanan ini. "Kunjungan pertama Menteri Luar Negeri Amerika diamati dengan ketat karena ada banyak simbolisme yang menyertainya. Orang-orang mencari petunjuk tentang wilayah mana yang dianggap paling penting bagi Amerika Serikat, " kata bekas Wakil Menteri Luar Negeri AS Nicholas Burns.


CNN | dnaindia.com | Abdul Manan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya