TEMPO.CO, YANGON –Presiden Myanmar Thein Sein Senina 25 Februari 2013 memulai lawatan perdana ke sejumlah negara di kawasan Uni Eropa. Ia dijadwalkan bertolak dari Yangon menuju Norwegia, Finlandia, Austria, Belgia dan terakhir ke Italia.
“Khusus dalam kunjungan ke Belgia, Thein Sein akan menggelar pertemuan bilateral dan dengan sejumlah pejabat tinggi Uni Eropa,” kata seorang diplomat Eropa yang menolak disebutkan namanya.
Sumber diplomat Eropa kedua mengungkapkan pertemuan tersebut akan mengangkat topik pelonggaran sanksi terhadap Myanmar, bantuan pembangunan serta reformasi ekonomi.
“Pertemuan tersebut juga akan membahas pelanggaran hak asasi manusia serta upaya perundingan damai dalam konflik yang berlangsung di Myanmar,” ujar diplomat tersebut dalam kesempatan terpisah.
Pemerintah Myanmar membenarkan rencana lawatan tersebut. “Ini akan menjadi kunjungan pertama Presiden Thein Sein ke Eropa.”
Bekas jenderal itu berhasil menarik simpati masyarakat internasional dengan sejumlah kebijakan reformasi. Salah satunya adalah membebaskan tokoh oposisi, Aung San Suu Kyi, serta ratusan tahanan politik lainnya. Ia juga memberikan kesempatan kepada Suu Kyi dan kader partai oposisi untuk masuk ke dalam parlemen.
Uni Eropa memberikan respon positif pada April lalu dengan mencabut hampir seluruh sanksi kecuali embargo senjata. Namun prestasi itu tercoreng oleh perlakuan Myanmar terhadap etnis Rohingya pada pertengahan tahun lalu. Puluhan orang tewas dan ratusan ribu warga—sebagian besar Rohngya—terpaksa mengungsi akibat kekerasan sektarian.