TEMPO.CO, Beijing - Kepala kepolisian yang diduga menggunakan identitas palsu untuk membeli 192 rumah di sejumlah kota di Provinsi Guangdong dipecat dari jabatannya. Ia sebelumnya menjadi bulan-bulanan kemarahan publik di media sosial di tengah skandal korupsi yang kini banyak membelit pejabat Cina.
Zhao Haibin, seorang pejabat senior kepolisian di Lufeng di provinsi selatan Guangdong, dituduh oleh seorang pengusaha lokal menggunakan identitas palsu untuk bisa memiliki hampir 200 rumah. "Seorang pejabat polisi secara terbuka memiliki dua identitas dan menggunakannya untuk melakukan bisnis serta menipu orang lain. Mengapa tidak ada penyelidikan terhadap kasus ini?" kata pengusaha lokal Huang Kunyi, seperti dikutip China Daily.
Xinhua melaporkan, Zhao mengakui memiliki ID ganda--yang dikenal sebagai hukou dalam bahasa Cina, namun membantah memiliki 192 rumah. Ia dilaporkan mengelola properti itu atas nama adiknya.
Pihak berwenang mengatakan kepada Xinhua bahwa kartu identitas Zhao, yang juga seorang pejabat Partai Komunis setempat, telah dicabut dan bahwa ia telah diberhentikan dari jabatannya.
Kasus ini telah menarik respons tajam di situs jejaring sosial Cina. "(Saya) akhirnya menyadari bahwa di Cina, properti selamanya hanya di tangan segelintir orang," seorang pengguna Sina Weibo, "Twitter" ala Cina, menulis.
Kasus ini menambah panjang jumlah pejabat tinggi Cina yang menggunakan ID palsu dan posisi mereka untuk berspekulasi di pasar properti Cina. Pada hari Senin, polisi menangkap Gong Aiai--seorang pejabat bank di Cina--yang diduga membangun kerajaan real estate senilai sekitar US$ 160 juta menggunakan ID palsu dan uang hasil korupsi.
Dijuluki "House Suster" oleh media Cina, Gong diduga menggunakan tiga kartu identitas palsu untuk membeli 45 properti di tiga kota, 41 di antaranya berada di Beijing, di mana gelembung properti Cina berada.