AS Akan Cabut Larangan Tugas Tempur Tentara Wanita

Reporter

Editor

Abdul Manan

Kamis, 24 Januari 2013 23:01 WIB

Tentara Amerika Serikat di Mosul, Irak (7/3). AP/Maya Alleruzzo

TEMPO.CO, Washington - Militer Amerika Serikat akan mencabut larangan bagi tentara wanita untuk bertugas di garis depan medan pertempuran. Keputusan yang disampaikan seorang pejabat di Kementerian Pertahanan, Rabu, 23 Januari 2013 ini akan membuka pintu bagi perempuan untuk bertugas di garis depan pertempuran dan di unit komando elite.


Seorang pejabat yang mengungkapkan soal kebijakan Menteri Pertahanan Leon Panetta ini, mengatakan, para komandan militer akan melaporkan kepada Pentagon, markas Kementerian Pertahanan, bagaimana mengintegrasikan tentara perempuan ke dalam peran tempur, pada 15 Mei mendatang.


Keputusan yang disebut sebagai "langkah bersejarah" oleh salah satu senator ini akhirnya bisa membuka sekitar 230.000 pekerjaan di garis depan untuk personel militer wanita. Pada tahun 2012, Pentagon membuka sekitar 14.500 posisi tempur untuk perempuan, namun masih dilarang untuk bertugas di kesatuan infanteri, tank, dan satuan komando.


Perempuan, meskipun dilarang untuk bertugas di medan pertempuran, sebenarnya telah banyak terlibat dalam perang di Irak dan Afghanistan selama 12 tahun terakhir. Mereka antara lain bertugas sebagai pilot, polisi militer, dan petugas intelijen. Pada tahun lalu, sekitar 130 tentara wanita tewas dan 800 terluka dalam dua perang itu.


Keputusan Panetta ini secara resmi akan diumumkan Kamis, 24 Januari 2013. Beberapa peran tempur tersedia bagi perempuan tahun ini, namun posisi di pasukan khusus, seperti SEALS Angkatan Laut AS dan Delta Force mungkin memakan waktu lebih lama karena membutuhkan periode penilaian lebih panjang.


Advertising
Advertising

Perempuan merupakan 14 persen dari 1,4 juta personel militer aktif, tetapi partisipasi mereka dalam beberapa aspek kehidupan militer dihalangi oleh ketentuan pertempuran darat langsung dan aturan penugasan tahun 1994. Aturan itu mengidentifikasi lima bidang yang mempengaruhi penugasan militer perempuan, antara lain pertempuran darat langsung, pengintaian dan operasi khusus dalam waktu panjang, dan tugas-tugas yang menuntut ketahanan fisik.


"Ini merupakan langkah bersejarah bagi kesetaraan dan pengakuan peran perempuan," kata Senator Patty Murray, yang juga ketua Komite Senat urusan Veteran. "Dari jalan-jalan kota-kota Irak sampai pedesaan di Afghanistan, wanita telah terbukti mampu bertugas secara terhormat dan berani."


Keluarnya kebijakan baru ini tak lepas dari adanya sejumlah tekanan dari kelompok sipil dan perempuan, yang terjadi beberapa tahun terakhir. Pada bulan November 2012, empat tentara perempuan, dengan dukungan dari American Civil Liberties Union, menggugat Departemen Pertahanan atas pembatasan terhadap perempuan yang bertugas di garis depan peperangan.


Reuters | Guardian | Abdul Manan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya