TEMPO.CO, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, menolak tuduhan Partai Republik bahwa dia menutup-nutupi serangan di Kedutaan Amerika Serikat di Benghazi, Libya. Dengan muka memerah dan berbicara berapi-api dengan nada tinggi, Clinton menyatakan tak ada alasan untuk menyalahkan pemerintah dalam insiden itu.
"Dengan segala hormat, faktanya adalah kita kehilangan empat orang Amerika. Apakah itu karena protes atau karena orang-orang keluar untuk berjalan-jalan satu malam dan memutuskan untuk membunuh beberapa orang Amerika?" Hillary Clinton mengatakan hal ini kepada sidang Senat yang berlangsung dalam suasana tegang.
"Apa bedanya dalam hal ini?" katanya dengan nada tinggi dan mengepalkan tangannya di atas meja saat Senator Ron Johnson berulang kali bertanya mengapa pemerintah tak mengantisipasi serangan protes terhadap sebuah video internet anti-Islam.
"Ini adalah tugas kita untuk mencari tahu apa yang terjadi dan melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah hal ini terjadi lagi, Senator," katanya.
Hillary Clinton memberikan kesaksiannya dan datang pada malam Kamis dalam dengar pendapat di Senat. Clinton akan segera digantikan John Kerry sebagai Menteri Luar Negeri dalam beberapa hari mendatang.
Clinton menegaskan, tidak ada upaya pemerintah untuk menutup-nutupi peristiwa ketika puluhan orang diduga anggota al-Qaeda bersenjata berat menyerbu kompleks, terjadi delapan jam baku tembak dan empat orang, termasuk Dubes Chris Stevens, tewas.
"Ini bukan hanya masalah kebijakan. Ini masalah personal. Saya berdiri di samping Presiden Obama saat marinir membawa mereka dalam peti mati terbungkus bendera Amerika Serikat turun dari pesawat," katanya dengan suara tercekat. "Saya memeluk ibu dan ayah, saudara, putra dan putri, dan istri yang ditinggalkan sendirian untuk membesarkan anak-anak mereka."
Namun, senator Republik menolak penjelasannya. Senator Rand Paul bahkan menyatakan Clinton seharusnya sudah dipecat karena tidak membaca permintaan untuk tambahan personel keamanan. "Seandainya saya menjadi presiden pada waktu itu dan saya menemukan bahwa Anda tidak membaca surat dari Benghazi, Anda tidak membaca pesan kabel dari Duta Besar Stevens, saya akan lega Anda meninggalkan pos Anda. Saya pikir itu tidak bisa dibenarkan," katanya.
Senator John McCain juga menolak beberapa jawaban, mengatakan empat bulan terlalu lama bagi publik Amerika Serikat mendapatkan "informasi dasar" tentang tragedi itu.
"Jawabannya, terus terang, tidak memuaskan bagi saya," katanya kepada Clinton. Dia menambahkan, ia masih ingin tahu mengapa Dubes Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, mengatakan sehari setelahnya bahwa serangan itu dipicu oleh protes spontan di luar gedung itu.
REUTERS | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya