Bagi Palestina, Sayap Kiri atau Kanan Sama Saja
Editor
Abdul Manan
Selasa, 22 Januari 2013 13:31 WIB
TEMPO.CO, Yerussalem - Sejumlah polling memberi prediksi kemenangan bagi Likud Beitinu, partai yang dipimpin Benyamin Netanyahu, perdana menteri saat ini, dalam pemilihan umum Israel yang akan diselenggarakan Selasa, 22 Januari 2013. Jika prediksi itu menjadi kenyataan, ada kemungkinan ia tetap bertahan di jabatannya untuk mengepalai pemerintah koalisi nasionalis-religius ini.
Partai yang diprediksi akan berada di peringkat berikutnya adalah Yisrael Beitenu dan Beith Yehudi. Dua partai sayap kanan ini, yang memiliki pandangan politik kurang bersahabat soal Palestina, kemungkinan akan berkoalisi dengan Netanyahu. Jika hasil polling itu menjadi kenyataan, prospek perdamaian Israel-Palestina diprediksi suram.
Warga Palestina selama ini terbagi ke dalam sejumlah faksi dan susah mencapai kata sepakat, tapi mereka pasti setuju pada satu hal ini: tak terlalu penting siapa yang akan memenangi pemilihan umum Israel hari ini dan yang akan menguasai kursi Parlemen Israel (Knesset). Bagi warga Palestina, yang hidup di bawah koloni Israel, partai kiri dan kanan sama-sama tak bisa dipercaya.
Menurut Shurouq Kawarik, seorang warga Tepi Barat, bagi orang Israel, pemilihan itu masalah penting karena menyangkut soal program sosial mereka. "Tapi, bagi orang Palestina, itu sama saja: penjajahan," kata mahasiswa ini kepada Al-Jazeera.
"Ini bukan siapa orangnya (yang menjadi perdana menteri). Ini soal sistem kontrol," Yacub Masri, seorang pelajar Palestina, menimpali.
Bagi warga Ramallah, pembangunan 3.000 unit rumah di permukiman baru Israel menjadi salah satu hal yang mengundang kekhawatiran, terutama di wilayah E1, di Tepi Barat, yang diprediksi menjadi tanah masa depan negara Palestina. "Jika Anda melihat sejarah, setiap pemerintah Israel membangun permukiman. Tapi sebenarnya lebih banyak pembangunan di bawah pemerintahan sayap kiri daripada sayap kanan," kata Mohammed Alatar, pembuat film dokumenter di Ramallah.
Netanyahu sudah berjanji tak membatalkan pembangunan permukiman baru itu, meski mendapat kecaman internasional. Naftali Bennett, pemimpin Beit Yehudi, bahkan lebih keras lagi. Ia berjanji memperluas area pembangunan permukiman baru.
Kawarik dan warga Palestina lainnya mengaku siap menghadapi apa pun arah kebijakan baru dari Knesset. "Kami bertahan dari era Ariel Sharon," kata dia. Sharon adalah Perdana Menteri Israel tahun 2001-2006. "Akan seburuk seperti apa lagi?"
Al Jazeera | Economist | Abdul Manan