Prancis: Operasi di Mali Akan Berlangsung Cepat

Reporter

Senin, 14 Januari 2013 16:25 WIB

Seorang warga Bamako, Mali, Yacouba Konate (56 tahun) memakai bendera Perancis untuk menunjukan dukungannya atas intervensi militer Perancis di Mali (13/1). REUTERS/Joe Penney

TEMPO.CO, Paris - Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menyatakan bahwa operasi militer negaranya di Mali tidak akan lama dan berlangsung cepat.

"(Targetnya) menghentikan terorisme, itu sudah dikerjakan," kata Fabius, Ahad, 13 Januari 2013. "Sekarang kami sudah berada di garis belakang markas teroris." Saat ditanya wartawan berapa lama Prancis akan berperan dalam konflik tersebut, dia menjawab, "Hitungannya mingguan."

Jet tempur Prancis meraung-raung di atas langit Mali sejak Jumat, 11 Januari 2013 pekan lalu untuk menggempur basis pertahanan kelompok pemberontak di bagian utara negara. Akibat gempuran udara negeri yang pernah menjajah Mali itu, pemberontak terpaksa melarikan diri.

Pada serangan hari ketiga Prancis, Ahad, jet tempur Rafale berhasil meluluhlantakkan markas pejuang yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda di Gao, kota utama di utara Mali.

Seorang sumber keamanan mengatakan pesawat-pesawat tempur Prancis juga menyerang gudang penyimpanan amunisi di Afhabo, 50 kilometer dari Kidal. kawasan ini merupakan basis utama pemberontak Ansar al Din (Pelindung Iman). Sejumlah saksi mata menambahkan, jet tempur juga menghantam basis pertahanan pemberontak di sebelah timur Lere.

Serangan Prancis ke basis pertahanan pemberontak Mali ini mendapatkan dukungan dari Aljazair. "Dalam sebuah pernyataan Ahad, 13 Januari 2013, Aljazair memberikan jaminan kepada Prancis bahwa wilayah udaranya boleh digunakan untuk menggempur target serangan," kata Fabius. Namun, hingga saat ini, Aljazair, masih melarang kekuatan asing melakukan intervensi ke Mali.

Prancis melancarkan serangan ke Mali sejak Jumat, 11 Januari 2013, guna menghadapi para pemberontak yang telah menguasai wilayah utara. Bahkan mereka mulai merangsek masuk ke selatan dan mengancam ibu kota Bamako. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan pemerintahan Mali.

Beberapa warga di Gao, kawasan yang dikuasai oleh pemberontak dari Gerakan untuk Kesatuan dan Jihad di Afrika Barat (MUJACO) mengatakan, serangan udara Prancis berhasil menghancurkan posisi pertahanan gerakan Islam sehingga memaksa mereka melarikan diri.

"Kami bisa menyaksikan kepulan asap dari pangkalan. Di sana sudah tidak ada lagi militan Islam karena telah meninggalkan kota, semuanya kabur menyelamatkan diri," kata seorang warga yang tak bersedia disebutkan namanya.

"Prancis telah melakukan pekerjaannya dengan baik, menyebabkan seluruh militan Islam meninggalkan Gao," ujar seorang pejabat lokal yang tak mau diketahui identitasnya. "Sebagian masih bersembunyi di beberapa rumah dan menunggu malam tiba untuk melarikan diri."

"Kami menginginkan militer Mali berada di sini agar supaya militan Islam tidak dapat kembali lagi," ujar seorang mahasiswa.

Sementara itu, serangan Prancis ke bekas negara jajahannya dibahas dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Presiden Francois Hollande, Senin pagi waktu setempat, 14 Januari 2013. Pada pertemuan itu, Duta Besar Prancis untuk PBB, negaranya meminta Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan guna membahas konflik di Mali.

AL JAZEERA | CHOIRUL





Berita terkait

Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

1 Mei 2017

Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

23 Agustus 2016

Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.

Baca Selengkapnya

Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

23 November 2015

Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

Senegal siap membantu Mali.

Baca Selengkapnya

Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

23 November 2015

Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.

Baca Selengkapnya

Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

21 November 2015

Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.

Baca Selengkapnya

Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas

21 November 2015

Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas


Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.

Baca Selengkapnya

Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

20 November 2015

Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi

Baca Selengkapnya

Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

20 November 2015

Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.

Baca Selengkapnya

Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

20 November 2015

Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.

Baca Selengkapnya

Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

20 November 2015

Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.

Baca Selengkapnya