Pasien Gonorea Mulai Kebal Terhadap Antibiotik

Reporter

Kamis, 10 Januari 2013 15:28 WIB

Seorang pelajar sekolah menggambar dalam aksi memperingati Hari HIV/ADIS Sedunia di Denpasar, Bali, (1-12). (AP Photo/Firdia Lisnawati)

TEMPO.CO, Jakarta - Kekhawatiran banyak peneliti kesehatan di dunia terbukti: gonorea atau kencing nanah kini mulai kebal terhadap cephalosporin, satu-satunya jenis antibiotik oral terakhir yang masih efektif untuk penyakit ini. Kuman ini ditemukan kebal antibiotik pada sedikitnya sembilan pasien di Amerika Utara. Ini berarti, era gonorea yang tak tersembuhkan kini ada di depan mata.

Sekelompok ilmuwan di bawah pimpinan Vanessa Allen dari Public Health Ontario, Kanada, menemukan bahwa 6,7 persen pasien pengidap gonorea di sebuah klinik di Toronto ternyata tetap terinfeksi kuman tersebut, meski telah meminum satu seri antibiotik cephalosporin. Dari 133 pasien yang kembali ke klinik untuk "pemeriksaan kesembuhan", sembilan orang ternyata tetap positif mengidap kencing nanah. Hasil riset ini dirilis dalam Journal of the American Medical Association, yang terbit Rabu, 9 Januari 2013.

Tahun lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control telah mengingatkan bahaya resistensi gonorea terhadap cephalosporin, sebagaimana ditunjukkan dalam beberapa percobaan di laboratorium. "Ini kasus klinis yang telah kita ramalkan," kata Allen. "Ini merupakan bentuk nyata dari informasi laboratorium."

Sebelumnya, telah ada juga laporan mengenai kekebalan terahadap cephalosporin di Inggris, Austria, Prancis, Norwegia, dan Jepang. Dalam editorial yang menyertai laporan di jurnal tersebut, Robert Kirkcaldy dari Centers for Disease Control menulis bahwa gonorea kini dengan cepat berubah menjadi penyakit yang menakutkan. "Kegagalan pengobatan dengan cephalosporin kini tercatat terjadi di Amerika Utara," tulis dia. "Meskipun hal penting ini telah diramalkan, peristiwa ini amat mengganggu."

Gonorea merupakan penyakit kelamin yang penularannya sangat luas, nomor dua di dunia. Tercatat, 700 ribu orang Amerika tertular penyakit ini setiap tahun. Gejalanya, antara lain, sakit sewaktu kencing, sakit di sekitar perut, gatal-gatal dan nanah pada alat kelamin, dan membuat wanita tidak subur. Wanita yang menderita HIV dan gonorea lebih mungkin menurunkan HIV kepada anak-anaknya, dibandingkan mereka yang hanya mengidap HIV. Gonorea menular melalui hubungan seksual, tapi bisa juga melalui pakaian, handuk, dan sebagainya.

Baiknya, sampai saat ini pasien yang kebal terhadap cephalosporin--termasuk sembilan pasien di Kanada--masih bisa disembuhkan dengan ceftriaxone, yang diberikan melalui suntikan. Toh, menurut Allen, hal ini tetap akan menjadi masalah besar di waktu yang tak lama lagi. "Pertanyaan selanjutnya adalah kapan, bukan jika, hal serupa akan terjadi pada ceftriaxone. Dan setelah itu apa?" kata Allen.

USNEWS | PHILIPUS PARERA

Berita terkait

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

49 hari lalu

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.

Baca Selengkapnya

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

51 hari lalu

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.

Baca Selengkapnya

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

21 Januari 2024

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

Konselor pernikahan memaparkan tujuh sumber konflik dalam rumah tangga. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?

Baca Selengkapnya

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

20 Juni 2023

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

Pendidikan kesehatan reproduksi tak hanya diberikan di sekolah. Orang tua juga perlu memberikan edukasi tentang hal tersebut kepada anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

1 Mei 2023

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

Remaja putri perlu menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah.

Baca Selengkapnya

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

15 April 2023

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus bisa menjadi sumber pengetahuan utama bagi anak perempuan tentang masalah kesehatan reproduksi, terutama jika sudah menstruasi.

Baca Selengkapnya

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

9 Januari 2023

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Pemerhati anak mengatakan pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari kejahatan seksual. Bagaimana caranya?

Baca Selengkapnya

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

3 Desember 2022

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

CISDI menyampaikan kritik atas dua pasal kesehatan di Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).

Baca Selengkapnya

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

25 Agustus 2022

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

Kesehatan umum dan reproduksi juga berperan dalam menentukan apakah kehamilan bisa terjadi dengan cepat atau tidak.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

28 Juni 2022

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

Persiapan untuk berkeluarga perlu dimulai sejak memasuki usia remaja. Salah satu tujuannya menjaga kesehatan reproduksi kelak.

Baca Selengkapnya