TEMPO.CO, New York - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memperingatkan Israel bahwa rencana pembangunan permukiman di daerah pendudukan di dekat Yerusalem Timur dapat mengancam perdamaian. Pembangunan tersebut, Ban menjelaskan, membuat jalur warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur menuju Tepi Barat terpotong.
Otoritas Israel menyetujui pembangunan perumahan tambahan sebanyak 3.000 unit rumah sehari, setelah PBB bersepakat menaikkan status Palestina sebagai negara peninjau dalam sidang-sidang yang diselenggarakan PBB.
Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu bersumpah akan tetap melanjutkan rencana pembangunan permukiman bagi warganya, kendati mendapatkan kecaman dari badan dunia atau komunitas internasional.
Dalam sidang yang diselenggarakan pada Kamis, 29 November 2012, PBB menyetujui proposal Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk mengubah status Palestina di PBB dari negara pengamat non-anggota.
Dalam sebuah pernyataan, Ahad, 2 Desember 2012, Ban mengekspresikan kekecewaannya atas pembangunan 3.000 unit perumahan oleh otoritas Israel di daerah pendudukan di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Ban secara sungguh-sungguh meminta supaya rencana pembangunan perumahan di kawasan E1, terletak di daerah pendudukan Maaleh Adunim, antara Yerusalaem dan Tepi Barat, dibatalkan. Menurut salah seorang pejabat Israel, pembangunan itu tak mungkin dibatalkan karena merupakan daerah utama dan sesuai rencana kerja.
Menurut Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel di Timur Tengah, pembangunan perumahan tersebut kontra produksi dan pembicaraan rencana perdamaian harus didorong lebih keras lagi antara kedua belah pihak (Israel dan Palestina). Sedangkan Kepala Kebijaksanaan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan, dia sangat mengkhawatirkan prospek perdamaian di kawasan akibat pembangunan tersebut.
Mahmoud Abbad meminta Israel segera mengakhiri pembangunan perumahan bagi warganya di daerah pendudukan dan kembali ke meja perundingan. Sekembalinya dari sidang umum PBB di New York, Ahad, dia disambut gegap gempita rakyat Palestina di Ramallah. Ribuan orang mengibar-ngibarkan bendera Palestina seraya meneriakkan yel-yel, "Sekarang kami punya negara."
BBC | CHOIRUL
Berita terkait
Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza
22 November 2023
Donasi dari Lee Young Ae akan diberikan untuk mendukung perawatan medis bagi anak-anak di zona konflik jalur Gaza
Baca SelengkapnyaDikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram
3 November 2023
Selena Gomez menghapus akun Instagram-nya, setelah dikritik karena komentarnya mengenai konflik Gaza
Baca SelengkapnyaElon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?
31 Oktober 2023
Meskipun layanan telekomunikasi telah pulih di Gaza, seruan untuk bantuan internet Starlink milik Elon Musk terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaKeadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik
16 Oktober 2023
Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara merupakan salah satu bangunan yang hancur dengan kerusakan paling parah pada stasiun oksigen.
Baca SelengkapnyaSudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka
16 Oktober 2023
Bagaimana keadaan masyarakat dalam konflik Hamas vs Israel di Jalur Gaza? Korban jiwa dari sipil terus bertambah.
Baca SelengkapnyaIsrael Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?
13 Oktober 2023
Blokade total yang dilakukan oleh Israel semakin membuat puluhan ribu warga Jalur Gaza sengsara
Baca SelengkapnyaIsrael Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?
13 Oktober 2023
Dalam menjalani hidupnya sehari-hari, sebagian warga Jalur Gaza juga sebenarnya bergantung pada Israel.
Baca SelengkapnyaTerjepit di Jalur Gaza
11 Oktober 2023
Jutaan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, kini terjebak di tengah pertempuran antara antara militer Israel dan kelompok Hamas.
Baca SelengkapnyaIsrael Melarang Minyak dan Gas Masuk ke Jalur Gaza
3 Agustus 2018
Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, mengeluarkan perintah pelarangan pasokan minyak dan gas masuk ke Jalur Gaza melalui Kerem Shalom.
Baca SelengkapnyaDikepung Israel, 80 Persen Pabrik di Gaza Palestina Tutup
18 Juli 2018
Akibat pengepungan Israel, 80 persen pabrik di Jalur Gaza Palestina tutup atau setidaknya semaput.
Baca Selengkapnya