TEMPO.CO, Naypyidaw-Pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi mendesak pemerintah untuk mengirim lebih banyak tentara ke Negara Bagian Arakan (Rakhine). Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu menegaskan bahwa pasukan akan berperan untuk mengembalikan aturan hukum di kawasan yang rawan konflik sektarian tersebut.
“Setiap orang berkewajiban menghormati hak asasi manusia tanpa mendiskriminasi antara mayoritas-minoritas, etnis, dan agama,” kata Suu Kyi dalam pernyataan yang dikeluarkan bersama anggota Komisi Penegakan Hukum dan Stabilitas Parlemen Myanmar lain pada Rabu lalu.
Dalam kekerasan sektarian antara warga lokal Buddha Arakan dan etnis muslim Rohingya sejak Juni lalu, tercatat 180 warga tewas dan 110 ribu orang lainnya mengungsi. Sebagian besar pengungsi adalah etnis Rohingya.
Selain itu, Suu Kyi untuk pertama kalinya mendesak pemerintah menjelaskan nasib kewarganegaraan Rohingya. Undang-Undang Kewarganegaraan 1982 mengecualikan etnis Rohingya sebagai kelompok bangsa yang diakui oleh Myanmar.
Sekitar 800 ribu warga Rohingya di Myanmar dianggap sebagai penduduk tanpa negara. Baik pemerintah maupun mayoritas penduduk Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari negara tetangga, Bangladesh. Padahal, warga Rohingya menyatakan bahwa nenek moyang mereka telah hidup di Myanmar sejak 160 tahun lalu.
Menyadari bahwa masalah ini cukup sensitif, Suu Kyi juga mengatakan masalah ini bukan hanya tanggung jawab satu negara. Ia rupanya secara tidak langsung meminta Bangladesh ikut menanggung beban atas isu Rohingya.
Sementara itu, Reuters melaporkan bahwa sebuah kapal berpenumpang 70 warga Bangladesh dan etnis Rohingya yang berlayar ke Malaysia tenggelam di Teluk Bengal. Namun sekitar 23 penumpang berhasil diselamatkan.
Kemarin, tim gabungan yang terdiri atas penjaga pantai, nelayan, dan petugas perbatasan berusaha menyelamatkan korban yang masih hidup. Ini merupakan kecelakaan kapal pengungsi Rohingya dalam sepuluh hari terakhir.
AP | MIZZIMA | IRRAWADDY | CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terpopuler
Barack Obama Klaim Bisa Joget Gangnam Style
Obama Menang, Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?
Dunia Sambut Barack Obama Lagi
Nama Bayi Kembar Ini Barack Obama dan Mitt Romney
Iseng Uji Kehamilan, Pria Ketahuan Kanker Testis
Merayakan Obama di Yekaterinburg
Berita terkait
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam
29 Januari 2021
Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi
Baca SelengkapnyaInvestigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya
10 Februari 2018
Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.
Baca SelengkapnyaMiliter Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku
27 September 2017
Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.
Baca SelengkapnyaDewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya
26 September 2017
Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.
Baca SelengkapnyaMyanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine
26 September 2017
Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.
Baca SelengkapnyaPengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida
25 September 2017
Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaBangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar
23 September 2017
Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.
Baca SelengkapnyaWarga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar
6 September 2017
Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaJet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan
5 September 2017
Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.
Baca SelengkapnyaBentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi
27 Agustus 2017
ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.
Baca Selengkapnya