Sejumlah anggota pertahanan sipil membantu seorang pria terluka setelah terkena ledakan bom mobil di Ashafriyeh, pusat kota Beirut, (19-10). REUTERS/Hasan Shaaban
TEMPO.CO, Beirut - Amerika Serikat mengatakan pemerintahannya mendukung upaya pembentukan koalisi baru di Libanon menyusul ketegangan yang kian meningkat setelah terbunuhnya Kepala Keamanan Nasional, Jenderal Wissam al-Hassan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Victoria Nuland, memperingatkan bahwa kekosongan pemerintahan akan menimbulkan risiko stabilitas kemanan dan politik di Libanon.
"Pengaruh ketidakstabilan di Suriah dapat mengancam keamanan Libanon sejak sekarang hingga yang akan datang," ujarnya.
Bentrok mematikan pecah di Beirut dan Tripoli setelah tokoh oposisi Suriah menuduh rezim Assad ada di balik serangan terhadap Jenderal Hassan.
"Kami mendukung upaya Presiden Michel Suleiman dan para pemimpin yang bertanggung jawab di Libanon untuk membangun sebuah pemerintahan yang efektif dan mengambil langkah-langkah guna menghadapi kelompok teroris," kata Nuland kepada wartawan, Selasa, 23 Oktober 2012.
Dia menambahkan, Duta Besar Amerika Serikat, Maura Connelly, telah mengadakan pertemuan dengan para politikus Libanon untuk mendiskusikan kemungkinan dibentuknya koalisi baru.
Di lain pihak, Kepala Kebijaksanaan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, melakukan pembicaraan di Beirut dengan Presiden Suleiman dan Perdana Menteri Najib Mikati pada Selasa. Dia juga memperingatkan bahayanya kevakuman politik dan menyambut baik diupayakannya proses "menjaga stabilitas melalui dialog nasional."
"Aksi terorisme memang sengaja dirancang untuk memancing provokasi dan menciptakan ketegangan," kata Ashton.
Untuk meredam eskalasi ketegangan antara kelompok pro dan anti-Syiah, pemerintah Libanon mengerahkan pasukan keamanan di jalanan.
Jenderal Hassan, yang menjadi Kepala Intelijen Pasukan Keamanan Internal, tewas dalam aksi serangan bom mobil, Jumat, 19 Oktober 2012, pekan lalu, bersama pengawal dan seorang wanita teman dekatnya. Dia merupakan seorang Suni dan kerap mengritik Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Tewasnya Jenderal Hassan menimbulkan bentrok antara kelompok pro dan faksi anti-Syiah. Untuk mencegah eskalasi ini tidak meluas, Beirut dan Tripoli mengerahkan pasukan keamanan di jalan-jalan.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."