Warga AS Dicekal Tak Boleh Pulang ke Negaranya

Reporter

Editor

Selasa, 31 Juli 2012 22:09 WIB

TEMPO.CO , Bahrain -Malang nian hidup Ali Ahmed, warga Amerika Serikat keturunan Somalia. Ia terlunta-lunta di Bahrain karena dilarang pulang ke negaranya. Pemerintah Amerika memasukkan Ahmed dalam daftar dilarang terbang karena dicurigai sebagai teroris.
Ahmed baru pertama kali ini terbang ke luar negeri saat usianya menginjak 20 tahun. Ia pun mengatur jadwal kepergiannya. Pertama, ia pergi berziarah ke Mekah, Arab Saudi. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya ke Kenya untuk bertemu dengan ayahnya yang sudah 14 tahun tidak pernah dilihatnya. Setelah itu, ia berkunjung ke rumah tunangannya untuk membahas pernikahan mereka.
Setibanya di Kenya dua minggu lalu, pejabat pemerintah Kenya menolak Ahmed masuk dan memberi tahu bahwa dirinya masuk daftar dilarang terbang. Ahmed kemudian terbang ke Bahrain. Di sini, Kedutaan Besar Amerika Serikat menghubunginya untuk memberi tahu bahwa ia masuk daftar dilarang terbang.
Ahmed untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Amerika Serikat saat usianya 7 tahun. Ia bersama keluarganya adalah pelarian perang saudara Somalia. Ia kemudian menjadi warga negara Amerika Serikat.
Kelompok hak-hak sipil California dan Dewan Hubungan Amerika-Islam menaruh perhatian pada kasus yang menimpa Ahmed. Kelompok advokasi hak-hak sipil telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Hillary Clinton untuk ikut terlibat dalam kasus Ahmed. Sebagai warga Amerika, ujarnya, Ahmed seharusnya diizinkan kembali pulang dan masalah ini harus ada penyelesaiannya. Jika gagal, berarti pemerintah Amerika Serikat melanggar hak-hak sipil warganya.
Daftar tidak terbang merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan George W. Bush, menyusul terjadinya tragedi 11 September 2001. Adalah US Terrorist Screening Center, yang mengelola daftar yang memuat identitas orang-orang yang dilarang terbang, baik masuk maupun keluar Amerika Serikat, dengan pesawat komersial.
Ahmed tidak mengerti kenapa dirinya masuk daftar itu dan dikaitkan dengan aksi terorisme serta kegiatan ilegal lainnya. FBI dulu mengatakan seseorang masuk daftar dilarang terbang jika memenuhi kriteria sesuai dengan undang-undang dan kebijakan lembaga perlindungan hak-hak pribadi serta kebebasan warga negara.
Masalahnya, tak seorang pun tahu kriteria itu. FBI sendiri melarang nama-nama yang ada dalam daftar dilarang terbang itu dibuka ke publik. Ahmad berujar singkat atas apa yang dialaminya: dia akan membahas hal itu dengan pengacaranya untuk mengambil langkah demi membersihkan namanya dan dapat kembali pulang ke negaranya.
REUTERS I AP I I RUSSIA TODAY I MARIA RITA

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya