TEMPO.CO , Nairobi - J. Scott Gration, penasihat kampanye mantan Presiden Barack Obama, mundur dari jabatannya sebagai Duta Besar AS untuk Kenya. Ia menyebut alasan mundurnya karena "ada perbedaan dengan atasannya". Namun ia tak memerinci apakah "atasan' yang dimaksud adalah Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri, atau Obama.
Gration mengatakan dalam sebuah pernyataan e-mail hari Jumat bahwa "perbedaan dengan Washington mengenai gaya kepemimpinan saya dan prioritas tertentu membawa saya untuk percaya bahwa sekarang saatnya untuk mundur".
Para pejabat AS mengatakan bahwa perbedaan itu lebih pada gaya manajemen Gration, bukan kebijakan AS di Kenya. Negara ini merupakan sekutu penting kontraterorisme dan bantuan kemanusiaan di Afrika Timur.
Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri telah melakukan penyelidikan atas Kedutaan Besar AS di Nairobi. Laporannya, bulan depan, diharapkan telah selesai.
Gration adalah penasihat Obama mengenai isu-isu militer selama kampanye presiden 2008. Putra misionaris dan mantan pilot pesawat tempur, ia kemudian mendapat tugas khusus ke Sudan pada masa awal pemerintahan Obama. Ia menjadi duta besar ke Kenya pada April 2011.
Sebelum dia, Duta Besar AS untuk Malta dan Luksemburg juga mengundurkan diri menyusul laporan kritis inspektur jenderal setahun terakhir.
LOS ANGELES TIMES | TRIP B
Terpopuler
Kata Balotelli Soal Pamer Otot
5 Selebriti Hollywood dan Skandal Foto Bugil
Pesawat Hilang 60 Tahun Lalu Ditemukan
''Bukan Empat Mata'' Cherry Belle-Tukul Ditegur KPI?
KPK Geledah Rumah Zulkarnaen Djabar
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya