TEMPO.CO , Seoul - Melunak soal nuklir, tak berarti Korea Utara menghentikan program senjata pemusnah massal. Baru-baru ini, Departemen Pertahanan Nasional Korea Selatan mengkonfirmasi telah mendistribusikan buku panduan tentang bioterorisme Korea Utara untuk semua unit militernya. Buku panduan ini berisi tindakan untuk bioterorisme dan dukungan medis yang diperlukan.
Buku, yang pertama untuk jenis serangan ini, tampaknya ditujukan untuk mempersiapkan terhadap serangan bioterorisme yang mungkin terjadi pada KTT Keamanan Nuklir, yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada tanggal 26 dan 27 di Seoul.
Buku 130 halaman berisi bagan organisasi angkatan bersenjata dan sistem mereka untuk melawan serangan, peringatan isu teror, dan proses dukungan medis. Di dalamnya juga berisi analisis tanda-tanda teror dengan senjata biologi, evakuasi pasien yang terinfeksi dan pengisolasian mereka agar tak menyebar, serta pengobatan.
Secara khusus, buku ini memberikan rincian tentang fitur dan gejala infeksi akibat virus dan bakteri, seperti cacar dan anthrax.
Kementerian itu menyatakan, tindakan yang akan diambil tergantung pada empat tingkat kegawatan terhadap ancaman senjata biologis yang disimbolkan dengan warna, yaitu waspada (biru), siaga (kuning), tinggi (oranye), dan parah (merah).
Serangan senjata biologi ini bisa dilakukan secara tak kasat mata. Ada 13 jenis senjata biologis yang umum digunakan, seperti anthrax, tifus, dan disentri.
Pada sebuah simposium internasional tentang ancaman senjata kimia dan biologis dari Korea Utara pada tahun 1999, otoritas kesehatan AS menyatakan bahwa setengah dari penduduk Seoul akan terbunuh atau terluka dalam waktu 10 hari jika 10 kilogram antraks disemprotkan ke Seoul.
"Sangat dibutuhkan untuk mengambil tindakan segera, seperti mengembangkan jenis tambahan vaksin sebagai pencegahan," kata Song Young-sun, anggota parlemen dari Partai Saenuri.
TRIP B | KOREA TIMES