TEMPO.CO , Moskow - Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, mengatakan Selasa ia terganggu dengan hasil pemilihan presiden di Rusia yang dimenangkan Vladimir Putin. Ia menyerukan pembahasan kemungkinan diselenggarakan pemilihan ulang.
Gorbachev, yang dicerca oleh jutaan warga Rusia karena melakukan reformasi yang membantu menenggelamkan Uni Soviet, mengatakan jelas ada masalah selama kedua pemilihan parlemen Desember 4 dan 4 Maret pemilihan presiden.
"Jelas ada sesuatu alam pemilu ini," kata Gorbachev, 81 tahun, mengatakan kepada radio Ekho Moskvy. Meskipun ia menolak untuk menyebutkan kekhawatiran tertentu, dengan mengatakan ia lebih sibuk dengan masalah medis ketimbang merecoki kemenangan Putin.
Bapak perestroika (restrukturisasi) dan glasnost (keterbukaan) ini menyerukan reformasi sistem pemilihan Rusia, termasuk diskusi perlu atau tidaknya menggelar "pemilihan yang luar biasa."
Hasil resmi menunjukkan Putin memenangkan 63,6 persen suara presiden, atau 45,5 juta suara, lebih dari tiga kali saingan terdekatnya, Gennady Zyuganov pemimpin Komunis, yang meraih 17,2 persen suara, atau 12,3 juta suara.
Gorbachev menyatakan ketidaksukaan pada apa yang ia katakan sebagai upaya penghinaan oleh Putin dengan menempatkan beberapa warga Rusia sebagai musuh hanya karena mereka menentang pemerintahannya.
Menghadapi protes massa pada bulan Desember, Putin awalnya menyebut demonstran sebagai agen yang dibayar oleh kekuatan asing. Ia juga menyebut demonstran, mengutip buku Jungle Book karya Rudyard Kipling monyet yang gemar berceloteh.
"Saya terkejut ketika ia mengatakan untuk pertama kali, menempatkan warganya sebagai musuh," kata Gorbachev. "Itu sangat menghina, sehingga dalam hal ini ia harus minta maaf."
TRIP B | REUTERS
Berita terkait
Rusia Tuntut Amerika Kembalikan Bendera yang Dicuri
13 November 2017
Bendera Rusia hilang dari konsulatnya di San Francisco, Amerika Serikat. Moskow menyebut benderanya dicuri.
Baca SelengkapnyaRusia Buka Kembali Jalur Feri ke Korea Utara
17 Oktober 2017
Rusia telah membuka kembali jalur lautnya ke Korea Utara setelah sekitar 2 bulan lamanya ditutup.
Baca SelengkapnyaROSATOM Rusia Bidik Asia Tenggara untuk Kerja Sama Nuklir
29 September 2017
ROSATOM, BUMN Nuklir asal Rusia,??menjajaki peluang kerja sama di bidang energi nuklir di negara-negara kawasan Asia Tenggara..
Baca SelengkapnyaBerkat Ponsel, Pasangan Kanibal yang Bunuh 30 Orang Ditangkap
27 September 2017
Pasangan kanibal ditangkap polisi setelah ponselnya ditemukan dan mengaku telah membunuh sedikitnya 30 orang.
Baca SelengkapnyaRusia Akan Tuntut Amerika Terkait Perampasan Properti Diplomatik
6 September 2017
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk menuntut pemerintah Amerika Serikat atas perampasan properti diplomatik
Baca SelengkapnyaPresiden Trump Minta Rusia Tutup 3 Konsulatnya di Amerika
1 September 2017
Amerika Serikat telah meminta Rusia untuk menutup 3 kantor konsulatnya di San Francisco, Washington, dan New York.
Baca SelengkapnyaDuta Besar Rusia untuk Sudan Tewas di Kolam Renang
24 Agustus 2017
Duta Besar Rusia untuk Sudan, Mirgayas Shirinsky, ditemukan tewas di kolam renang kediamannya di ibu kota Khartoum
Baca SelengkapnyaLiburan Musim Panas, Putin Berburu dan Berenang di Danau Dingin
6 Agustus 2017
Putin menikmati liburan musim panasnya dengan berburu di padang gurun Siberia, berenang di air danau yang sangat dingin, dan memancing.
Baca SelengkapnyaPutin Restui Pasukan Rusia Bertahan di Suriah Selama 49 Tahun
31 Juli 2017
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang baru mengenai Angkatan Udara Rusia untuk tetap di Suriah selama 49 tahun.
Baca SelengkapnyaKucing Ini Jadi Pahlawan Selamatkan Hidup 8 Bayi Landak
27 Juli 2017
Seekor kucing di Rusia bernama Muska menjadi pahlawan setelah menyusui dan merawat 8 bayi landak yang tidak memiliki induk.
Baca Selengkapnya