TEMPO.CO, London - Remaja berusia 15 tahun asal Amerika Serikat, Jordan Romero, mencetak rekor sebagai orang termuda yang berhasil mendaki tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh benua.
Romero berhasil mendaki Gunung Vinson Massif setinggi 4.897 meter di Antartika pada Sabtu, 24 Desember 2011. Vinson Massif merupakan gunung terakhir yang ia taklukkan dalam upaya mendaki tujuh puncak dunia sejak enam tahun lalu. Romero mendaki Vinson Massif bersama ayah dan ibu tirinya.
Pada usia 10 tahun, Romero sukses mendaki Gunung Kilimanjaro di Afrika. Tiga tahun kemudian, anak asal California ini berhasil menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Pada Sabtu lalu, Romero menelepon ibu kandungnya, Leigh Ann Drake, Sabtu, 24 Desember 2011, untuk menginformasikan bahwa dia sudah mencapai puncak Vinson Massif. Romero mematahkan rekor sebelumnya yang dipegang pendaki gunung Inggris George Atkinson. Atkinson menaklukkan tujuh puncak dunia di usia 16 tahun.
Pada halaman Find Your Everest di Facebook, Romero menulis, “Itu sudah tercatat. Anak ini dan tim pendakian beserta tangan dan kaki. Proses untuk turun masih dilakukan. Setelah itu kami akan merayakannya.”
Dalam pesan audio yang terekam, ayah Romero, Pete, mengatakan angin di puncak Vinson Massif berkecepatan 27 kilometer per jam dan temperatur mencapai minus 32 derajat Celsius.
“Hari bersejarah. Tim dalam kondisi sangat kuat,” ujar Pete. “Para dewa gunung mempersilakan kami mendaki sampai puncak Gunung Vinson.”
“Tim mendaki tanpa cacat. Sebuah kerja tim yang sempurna,” ujarnya menambahkan.
Gunung lain yang sudah ditaklukkan Romero adalah Gunung Elbrus di Rusia pada Juli 2007, Gunung Aconcagua di Argentina pada Desember 2007, Gunung McKinley di Amerika Serikat pada Juni 2008, dan Pegunungan Carstensz di Indonesia pada September 2009.
Pada April 2007, Romero juga mencapai puncak Gunung Kosciuszko, gunung tertinggi di Australia.
BBC | KODRAT
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya