TEMPO Interaktif, Moscow -Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengharapkan dugaan meninggalnya Muammar Qadhafi memunculkan perdamian dan pemerintahan yang demokratis di Libya.
"Kami berharap akan ada perdamaian di Libya," kata Medvedev. Ia berharap pemimpin Libya dari berbagai suku mengatur bersama negaranya. Perwakilan suku yang berbeda diharapkan akan membuat kesepakatan akhir mengenai konfigurasi kekuasaan. "Dan Libya akan menjadi negara demokratis modern."
Medvedev mengumumkan sikapnya dalam keterangan pers bersama tamunya Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Rutte menyatakan tertangkapnya Qadhafi sebagai berita besar.
Advertising
Advertising
Rusia, yang memiliki kontrak miliaran dolar atas minyak, senjata dan konstruksi dengan khadaffi, mengakui NTC sebagai pemerintah sah Libya pada 1 September. Moskow menyikapi intervensi militer Barat ke Libya dengan memilih abstain pada resolusi Dewan Keamanan PBB pada Maret lalu.
Namun Rusia menuduh berkali-kali NATO telah menyalahi mandat PBB karena melakukan serangan udara terhadap pasukan Qadhafi dan meminta NATO melindungi warga sipil. NATO juga dianggap berpihak dengan pasukan anti-Khadafi dalam perang sipil.