Bekas Musuh CIA Pimpin Militer NTC

Reporter

Editor

Selasa, 6 September 2011 06:49 WIB

Pemberontak Libya lewat radio komunikasi di dekat tenda Muammar Qaddhafi di Bab Al-Aziziya, Tripoli (23/8). Pasukan pemberontak Libya bergembira usai menyerbu benteng Muammar Qaddafi dan berhasil merebut senjata dan menjarah serta menghancurkan simbol kediktatoran selama 42 tahun. REUTERS/Louafi Larbi

TEMPO Interaktif, TRIPOLI - Katanya, dalam politik tak ada musuh dan teman yang abadi. Abdul Hakim Belhaj adalah salah satu contohnya. Pemimpin Kelompok Perlawanan Islam Libya (LIFG) ini dulu dikejar-kejar rezim Kolonel Muammar Qadhafi, yang dibantu agen-agen Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) dan Dinas Intelijen Inggris MI-6.


Enam tahun berselang, kedua dinas intelijen negara adidaya itu justru merestui Belhaj menjadi Komandan Pasukan Dewan Transisi Nasional Libya (NTC). Restu itu diperoleh Belhaj setelah Kepala NTC, Mustafa Abdul Jalil, menunjuknya. Belhaj sukses memimpin pasukan pemberontak mengepung kompleks tempat tinggal Qadhafi di Bab Al-Azziyah.


Toh, Belhaj tak pernah melupakan peristiwa pada 2004 itu. "Saya menuntut permohonan maaf dari CIA dan MI-6," katanya kemarin. Maklum, selepas diciduk CIA dan MI-6 di Bangkok, Thailand, ia dikirim dengan pesawat khusus ke Tripoli. Ia pun bonyok digarap agen-agen Dinas Intelijen Libya di bawah rezim Qadhafi. Ia dituduh melakukan tindak terorisme.


"Apa yang terjadi kepada saya dan keluarga saya adalah suatu pelanggaran hukum," Belhaj menambahkan. "Saya berhak mendapatkan permintaan maaf. Termasuk atas apa yang saya alami ketika saya ditangkap dan disiksa." CIA dan MI-6 memang tak ikut menyiksa. "Tapi mereka memeriksa saya setelah itu," ujarnya.


Namun, kepada The New York Times, Belhaj mengatakan akan memusatkan perhatian pada masa depan Libya. "Kami hanya berfokus pada Libya dan cuma Libya," ucapnya. Ia juga membantah tuduhan masa lalu yang berkaitan dengan jaringan Al-Qaidah. "Kita tak ada hubungannya dengan Al-Qaidah dan tak pernah ada. Kami punya agenda yang berbeda."


Advertising
Advertising

Sementara Belhaj ditangkap, lain halnya dengan Saif al-Islam, 39 tahun, putra sekaligus tangan kanan Qadhafi. Dulu Saif adalah "rekan dekat" CIA dan MI-6. Laporan yang dilansir The Independent menyebutkan, MI-6, Scotland Yard, dan pasukan komando Inggris SAS telah menyelamatkan Saif dari upaya percobaan pembunuhan di Inggris pada sekitar 2003.


Saat itu Saif diincar oleh sekelompok militan Islam. Kini situasinya berbalik 360 derajat. Saif kini justru diburu oleh organisasi yang dulu melindunginya itu. Saif juga dekat dengan CIA lantaran sukses meyakinkan ayahnya untuk tak meneruskan upaya membuat senjata pemusnah massal serta berbaik hati kepada Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya.


"Saya berhasil membujuk ayah saya," kata Saif dalam sebuah wawancara pada sekitar 2004. "Pada akhirnya kami punya hubungan yang baik dengan CIA, MI-6, dan Amerika, juga Inggris."


MI-6 dan CIA menolak mengomentari kedekatan ini. Seperti di film Hollywood, Mission: Impossible, pemerintah Inggris telah menegaskan tak akan mengomentari isu intelijen.
Begitu pula CIA, tak bersedia mengomentari peran baru Belhaj.


Padahal, sehari sebelumnya, juru bicara CIA, Jennifer Youngblood, mengatakan bahwa pihaknya melakukan hal itu demi melindungi kepentingan rakyat Amerika Serikat. Tapi, ya, itu tadi, tak ada kawan dan lawan yang abadi. Saif dan ayahnya kini diincar oleh bekas kawan baiknya tersebut.


AP | REUTERS | INDEPENDENT | ANDREE PRIYANTO

Berita terkait

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.

Baca Selengkapnya

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.

Baca Selengkapnya

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.

Baca Selengkapnya

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.

Baca Selengkapnya

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.

Baca Selengkapnya

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.

Baca Selengkapnya

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."

Baca Selengkapnya

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).

Baca Selengkapnya