Menikah Dini Karena Lapar  

Reporter

Editor

Sabtu, 6 Agustus 2011 04:48 WIB

Fatou Diakhate .TRUSTLAW/George Fominyen

TEMPO Interaktif, Fatou Diakhate baru 13 tahun, tapi ia sudah menikah dengan seorang pemuda bernama Mori Diarra, 30 tahun. Usianya yang masih belia membuat ia tak langsung diboyong ke rumah suaminya. Berdasarkan kesepakatan, Fatou tetap tinggal bersama orang tuanya hingga dia genap berusia 15 tahun. Tak lama setelah serumah dengan suaminya di Keur Issa, sebuah dusun di barat Senegal, Fatou hamil.

Kejadian itu menimpa Fatou 40 tahun silam. Tapi, toh, apa yang dialami Fatou masih terjadi hingga saat ini. Banyak anak perempuan Senegal yang masih di bawah umur harus menikah lantaran kemiskinan. "Di hari-hari itu, orang tua sangat bahagia melihat anak mereka menikah," kata Fatou, yang sekarang berumur 55 tahun dan dikaruniai 12 anak. "Karena kami tidak berpendidikan, kami pun senang menikah, tanpa tahu ternyata itu tidak baik."

Menikah di bawah umur ternyata tak hanya marak di Senegal. Di sebagian besar negara di Afrika, juga di beberapa negara Asia Selatan, Timur Tengah, dan Amerika Latin, pengantin di bawah umur merupakan sesuatu yang lumrah. "Orang menjual anak perempuannya yang masih di bawah umur untuk mendapatkan makanan. Ini sudah jadi rahasia umum," kata Fatuma Ahmed di Kenya.

Kemiskinan memang jadi alasan utama pernikahan di bawah umur. Alasan lainnya, untuk mengamankan masa depan anak perempuan tersebut, baik secara keuangan maupun sosial, dan yang penting lagi, menikah berarti memberikan keuntungan kepada orang tua melalui mahar yang harus dibayar pihak laki-laki.

Di Afrika, pernikahan anak di bawah umur marak terjadi saat musim kering berkepanjangan. Rasa putus asa mencari makanan dan air hingga ke tempat yang sangat jauh membuat orang tua memilih menikahkan anak perempuannya untuk mendapatkan makanan dan meringankan bebannya. "Dalam budaya kami, anak perempuan menikah saat usia sembilan tahun," kata seorang pekerja kesehatan lokal di Kenya. "Mereka dipaksa orang tua meskipun tidak mau."

Menurut organisasi pengacara perempuan dunia, TrustLaw, setiap hari terdapat lebih dari 25 ribu anak perempuan di bawah usia 18 tahun menikah di seluruh dunia. Atau setiap tiga detik, seorang anak perempuan menikah. Dari jumlah itu, banyak pengantin anak-anak yang ternyata, setelah menikah, kehidupannya tetap miskin, kesehatan yang buruk, dan malah dieksploitasi.

Berdasarkan aturan yang dibuat Konvensi PBB untuk Hak Anak, umur minimum menikah adalah 18 tahun. Jika di bawah itu, orang yang menikahkan berarti melanggar hak asasi anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Aturan ini terkait dengan fakta bahwa perempuan yang menikah di bawah usia 15 tahun lima kali lebih rentan meninggal dibanding yang berusia 20 tahun. Ini terjadi akibat hamil dan melahirkan.

ASIAONE | REUTERS | TRUSTLAW | SUNARIAH

Berita terkait

Presiden Afsel Minta Negara Kaya Tidak Timbun Vaksin Covid-19

27 Januari 2021

Presiden Afsel Minta Negara Kaya Tidak Timbun Vaksin Covid-19

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meminta vaksin Covid-19 dibagikan merata ke seluruh negara di dunia

Baca Selengkapnya

Waswas Gelombang Dua Virus Corona di Afrika

18 Desember 2020

Waswas Gelombang Dua Virus Corona di Afrika

Wabah virus corona di wilayah Afrika barat dan tengah mengkhawatirkan mengingat banyak negara yang tak mampu membeli vaksin virus corona.

Baca Selengkapnya

WHO Ingatkan Kematian Akibat Malaria Bisa Lebih Tinggi dari Covid-19

30 November 2020

WHO Ingatkan Kematian Akibat Malaria Bisa Lebih Tinggi dari Covid-19

WHO mengingatkan angka kematian akibat penyakit malaria bisa melampaui kematian karena virus corona di kawasan Afrika.

Baca Selengkapnya

Gajah Afrika Berusia 52 Tahun Mati di Bonbin Amerika

9 Oktober 2020

Gajah Afrika Berusia 52 Tahun Mati di Bonbin Amerika

Gajah Afrika bernama Sophi sempat mengalami penurunan kondisi selama beberapa hari sebelum mati.

Baca Selengkapnya

Studi: Nyamuk Berevolusi Gigit Manusia Gara-gara Cari Air

26 Juli 2020

Studi: Nyamuk Berevolusi Gigit Manusia Gara-gara Cari Air

Banyak jenis nyamuk menggigit beragam jenis hewan, tapi beberapa hanya suka manusia dan tidak ada yang tahu kenapa hingga kini.

Baca Selengkapnya

Kematian Massal Gajah Liar di Botswana, Penyebab Masih Misterius

6 Juli 2020

Kematian Massal Gajah Liar di Botswana, Penyebab Masih Misterius

Hampir 400 gajah mati dalam 2 bulan. Konservasionis mengkritik lambannya pemerintah Botswana bertindak atas bencana yang dialami gajah di negeri itu.

Baca Selengkapnya

Didesak Afrika dan Aktivis, Dewan HAM PBB Bahas Rasisme di AS

15 Juni 2020

Didesak Afrika dan Aktivis, Dewan HAM PBB Bahas Rasisme di AS

Negara-negara Afrika diwakili Burkina Faso dan 600 organisasi HAM serta keluarga korban mendesak Dewan HAM PBB membahas rasisme sistematis di AS.

Baca Selengkapnya

54 Negara Afrika Desak Dewan HAM PBB Bahas Kasus George Floyd

15 Juni 2020

54 Negara Afrika Desak Dewan HAM PBB Bahas Kasus George Floyd

Dubes Burkina Faso meminta Dewan HAM PBB membahas sikap rasisme sistematis dan kekerasan polisi pasca tewasnya George Floyd.

Baca Selengkapnya

Protes Rasisme, Mengenal Sosok Cecil Rhodes dari Inggris

10 Juni 2020

Protes Rasisme, Mengenal Sosok Cecil Rhodes dari Inggris

Unjuk rasa anti-rasisme di Amerika Serikat telah menyebar ke Inggris. Demonstran meminta patung Cecil Rhodes dicopot.

Baca Selengkapnya

Virus Corona di Afrika Tak Seganas di Tempat Lain, Ini Sebabnya

24 Mei 2020

Virus Corona di Afrika Tak Seganas di Tempat Lain, Ini Sebabnya

WHO mencatat virus corona Covid-19 telah menyebar ke setiap negara di Afrika sejak kasus pertama dikonfirmasi di benua itu 14 minggu lalu. Tapi ...

Baca Selengkapnya