TEMPO Interaktif, Tokyo - Lebih dari 80 ribu warga yang tinggal di radius 20 kilometer dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi kemarin diungsikan. Pemerintah Jepang telah memerintahkan warga agar mengungsi hingga sejauh lebih dari 30 kilometer. Sebab, zat radioaktif yang berasal dari kolam pendingin telah merembes ke tanah-tanah penduduk.
"Saya tahu Anda cemas, tapi kita mesti bersama-sama menghadapi musibah ini," kata Wali Kota Kawamata Michio Furukawa, yang berupaya menenangkan warganya. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan telah mempersiapkan peta baru guna mengantisipasi bencana nuklir yang lebih dahsyat lagi.
"Begitu kami selesai mempelajari akibat kecelakaan nuklir ini, standar keamanan akan segera kami ubah," kata Perdana Menteri Kan. Toh, warga sudah telanjur kecewa terhadap upaya pemerintah Negeri Matahari Terbit. Menurut jajak pendapat yang digelar harian Yomiuri Shimbun, mayoritas responden (59 persen) mengaku pemerintah bekerja kurang maksimal.
Sementara itu, sekitar 33 persen saja yang mengaku cukup puas. Masih menurut jajak pendapat yang digelar koran itu pada Jumat hingga Ahad pekan lalu, 56 persen dari total 1.074 responden yang diwawancarai via telepon mengaku pemerintah juga tak maksimal dalam memberikan biaya kompensasi. Mereka mendesak agar uang kompensasi ditambah.
Alhasil, menurut jajak pendapat itu, dukungan terhadap kabinet Perdana Menteri Kan merosot hingga 30 persen. "Mayoritas responden menganggap Kan tak cukup sigap dalam menghadapi bencana," demikian dilansir Yomiuri Shimbun. Jumlah itu meningkat dibanding survei sebelumnya yang mencapai 69 persen.
Pemerintah dan operator PLTN Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Company (Tepco), memperkirakan kestabilan reaktor bisa dicapai pada Januari tahun depan. Pekan lalu pemerintah sepakat memberikan paket kompensasi besar bagi warga yang terkena dampak bencana.
ANN | YOMIURISHIMBUN | WSJ | ANDREE PRIYANTO
